“Kalo sukarela, kayaknya nggak. TikTok live dipakai buat banyak orang jualan dan mendapat penghasilan dari gift. Itu duit masuk ke TikTok-nya BANYAK BANGET,” tulis Jerome di kolom komentar.
Lebih jauh, ia bahkan melontarkan kecurigaan adanya kompensasi finansial di balik keputusan tersebut.
“Mana mau mereka kehilangan sumber pendapatan?? Kecuali dibayar? Hehe,” sindirnya.
Kecurigaan yang diutarakan Jerome Polin ternyata sejalan dengan suara mayoritas netizen.
Kolom komentar unggahan tersebut dibanjiri oleh sentimen serupa, yang meragukan klaim pemerintah dan TikTok.
Banyak yang merasa janggal jika sebuah platform bisnis raksasa dengan sukarela mematikan "mesin uang"-nya.
“Mana ada sukarela. Emangnya rakyat bisa dikibuli,” tulis salah satu warganet.
Hingga kini, publik masih menantikan transparansi penuh di balik keputusan penonaktifan TikTok Live.
Keraguan yang disuarakan oleh Jerome Polin dan masyarakat luas menjadi pengingat pentingnya kejelasan dan akuntabilitas dari pemerintah maupun platform digital di era demokrasi.
Baca Juga: Ferry Irwandi Pimpin Orasi Demo di Depan DPR: Jangan Mau Diprovokasi, Penjahatnya Mereka!