Deadline Berakhir Besok, Andovi da Lopez Ultimatum Pemerintah Penuhi Tuntutan Rakyat 17+8

Kamis, 04 September 2025 | 11:55 WIB
Deadline Berakhir Besok, Andovi da Lopez Ultimatum Pemerintah Penuhi Tuntutan Rakyat 17+8
Andovi da Lopez. (Instagram/@andovidalopez)
Baca 10 detik
  • Andovi menegaskan pentingnya deadline 5 September 2025 untuk pemerintah merespons tuntutan rakyat 17+8 secara konkret.
  • Ia membantah tudingan penunggang gerakan, menyatakan aksi rakyat murni dari hati dan bukan rekayasa pihak luar.
  • Andovi menggarisbawahi bahwa inti tuntutan rakyat adalah transparansi, reformasi, dan empati—bukan sekadar simbol, tapi aksi nyata.

Suara.com - YouTuber sekaligus aktivis, Andovi da Lopez, kembali menegaskan pentingnya deadline tuntutan rakyat kepada pemerintah yang jatuh pada 5 September 2025.

Melalui unggahan video di Instagram pada Rabu, 3 September 2025, ia meminta pemerintah tidak mengabaikan tuntutan 17+8 rakyat yang sudah disampaikan sebelumnya.

Tuntutan 17+8 rakyat berisi sejumlah poin penting, mulai dari akuntabilitas kasus hukum, transparansi anggaran, penghentian kekerasan aparat, hingga reformasi kebijakan di sektor energi, pendidikan, dan lingkungan.

Tambahan delapan tuntutan lain berfokus pada isu kesejahteraan sosial, jaminan kesehatan, hingga penegakan HAM.

Andovi menjelaskan bahwa tenggat waktu adalah hal wajar dalam pekerjaan, termasuk bagi pemerintah.

"Karena Senin, Selasa, Rabu, Kamis, Jumat. Begitulah, lima hari. Anda seorang reporter, Anda memiliki tenggat waktu untuk melakukan pekerjaan. Ketika Anda membuat tenggat waktu, apakah Anda mengeluh? Tidak, kan? Jadi mengapa mereka bisa mengeluh ketika kita memberi mereka tenggat waktu? Itu tugas mereka, oke?" kata dia.

Andovi menambahkan bahwa tuntutan rakyat sebenarnya sederhana, dan sudah dipermudah agar pemerintah dapat melaksanakannya.

"Kami memberi mereka sesuatu, dan saya bahkan memberikan spidol agar mereka bisa membuat daftar periksa, daftar periksa sederhana. Cukup centang, centang, centang," ujarnya.

Andovi juga menanggapi pernyataan Presiden yang menuding adanya kelompok luar yang diduga menunggangi gerakan masyarakat.

Baca Juga: Berhak Mengkritik karena Ikut Nyoblos, Desta Minta Prabowo Tak Buat Pemilihnya Sedih dan Kecewa

"Bahkan jika ada, Anda presidennya, sebutkan saja. Sebutkan namanya. Sebutkan agar kita semua tahu. Istana negara memiliki lebih banyak informasi daripada kita. Kami tidak punya intelijen semacam itu," ucapnya.

Andovi da Lopez saat menjadi pembicara di acara Let Your True Colours Shine: Leadership Series di Museum Modern and Contemporary Art in Nusantara (MACAN) di kawasan Kebon Jeruk, Jakarta Barat, Rabu (13/2/2025). [YouTube]
Andovi da Lopez. [YouTube]

Menurut Andovi, aksi yang ia lakukan bersama masyarakat murni lahir dari keinginan pribadi, bukan karena diarahkan pihak lain.

"Jika mereka tahu siapa aktor jahatnya, bisakah Anda menyebutkannya? Karena kami merasa kami di sini dari hati, ya. Ini tindakan kami sendiri. Tidak ada yang menelepon saya, tidak ada yang menyuruh saya datang ke sini, kan? Jadi ini tindakan kami sendiri," jelasnya.

Andovi menegaskan agar perjuangan rakyat tidak dilupakan setelah deadline 5 September berlalu, apalagi dengan munculnya isu hiburan yang bisa menggeser perhatian publik.

"Dengar, yang ingin saya bagikan adalah, saya tidak ingin ini menjadi sesuatu yang dilupakan orang, minggu depan ketika ada drama selebriti lain di negara ini. Minggu depan akan ada drama selebriti, semua orang akan menonton podcast, dan semua orang akan lupa," tegasnya.

Ia menekankan bahwa nama Affan Kurniawan, korban yang meninggal dalam peristiwa sebelumnya, harus selalu diingat.

"Saya tidak ingin melupakan Affan Kurniawan. Saya tidak ingin melupakan orang-orang yang meninggal. Kami ingin AKUNTABILITAS, TRANSPARANSI, EMPATI, dan REFORMASI, sesederhana itu," tambahnya.

Dalam kesempatan itu, Andovi menyebut bahwa aksi rakyat cuma akumulasi dari kekecewaan panjang terhadap pemerintah.

"Dengar, tidak ada momen spesifik. Ini adalah puncak dari segalanya. Puncak dari kebijakan yang buruk, kurangnya empati, tidak ada empati dari orang-orang yang membuat pernyataan, komunikasi yang buruk dari pemerintah, efisiensi untuk rakyat bawah sementara para petinggi masih bepergian ke luar negeri dengan anggaran berapapun," ungkapnya.

Ia menyebut bahwa kemarahan publik memang semakin besar setelah tragedi yang menimpa Affan Kurniawan, namun akar masalahnya sudah lama menumpuk.

"Ya, kematian Affan Kurniawan ketika dia dilindas oleh rantis memang memicu api, tetapi api itu bukanlah sesuatu yang muncul seketika. Itu adalah sesuatu yang telah terbangun dari waktu ke waktu," kata Andovi.

Sebagai penutup, ia kembali menegaskan tiga tuntutan rakyat yang menjadi inti aksi ini.

"Dan jika Anda ingin menyaring aksi ini, tuntutan ini dalam tiga kata: TRANSPARANSI, REFORMASI, dan demi Tuhan, sedikit EMPATI," pungkas Andovi.

×
Zoomed

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI

Mau notif berita penting & breaking news dari kami?