Film drama umumnya menghadirkan perpaduan manis dan pahit, antara momen bahagia sekaligus penuh air mata.
Kadang cerita diakhiri dengan tragedi, tetapi tetap menyisakan nuansa hangat.
Namun, ada juga sutradara yang justru memilih jalur ekstrem dengan menghadirkan kisah kelam sejak awal hingga akhir.
Dalam film semacam ini, penonton hampir tidak diberi ruang untuk ikut tersenyum bersama tokoh utama.
Alih-alih membuat rileks, film drama yang gelap dan penuh tragedi ini justru bisa membuat kepikiran dan overthinking bahkan mimpi buruk.
Jadi, bila kamu mencari tontonan sebelum tidur, sebaiknya hindari enam film berikut ini.
1. Sleepers (1996)

Meski jarang disebut, film ini termasuk salah satu drama Hollywood paling kelam.
Ceritanya tentang empat pria yang pernah menjadi korban kekerasan fisik dan seksual ketika ditempatkan di lembaga pemasyarakatan anak.
Baca Juga: 5 Fakta Menarik Film Rumah untuk Alie, Lagi Masuk Top 10 Netflix
Bertahun-tahun kemudian, mereka berusaha menuntut keadilan terhadap para sipir yang dulu menyiksa mereka.
Meski sempat berhasil, kehidupan mereka tetap dipenuhi trauma dan stigma karena masa lalu di balik jeruji.
Sleepers menegaskan bahwa luka batin akibat kekerasan bisa meninggalkan bekas seumur hidup.
2. Lilya 4-ever (2002)

Disutradarai Lukas Moodysson, film ini kerap disebut sebagai salah satu drama paling depresif.
Ceritanya berfokus pada Lilya, seorang remaja yang ditinggalkan ibunya dan terpaksa bekerja sebagai pekerja seks demi bertahan hidup.
Harapannya muncul ketika seorang pria menawarkan kehidupan lebih baik di luar negeri.
Namun, sesampainya di sana, justru hidup Lilya semakin hancur karena ia kehilangan kendali atas dirinya.
Kisahnya begitu menyayat hati hingga membuat banyak penonton sulit melupakannya.
3. Elephant (2003)

Karya Gus Van Sant ini terinspirasi tragedi penembakan di SMA Columbine, Amerika Serikat, pada 1999.
Bedanya, Elephant menampilkan peristiwa itu dari perspektif beberapa siswa yang tidak menyadari bahwa dua teman sekolah mereka sedang merencanakan pembantaian.
Dengan gaya penceritaan khas Van Sant, film ini berakhir dengan adegan yang mengejutkan sekaligus mengganggu.
Hal ini membuat Elephant menjadi film yang sulit ditonton tanpa rasa gelisah setelahnya.
4. 4 Months, 3 Weeks and 2 Days (2007)

Latar film ini adalah Rumania pada era 1980-an, ketika aborsi masih ilegal.
Seorang perempuan muda yang hamil di luar rencana nekat mencari tenaga medis ilegal untuk melakukan prosedur tersebut.
Bukannya mendapat pertolongan, ia justru diperas meski sudah membayar mahal.
Kisah ini menjadi refleksi betapa perempuan seringkali harus menanggung konsekuensi berat atas keputusan hidupnya, bahkan ketika hubungan itu terjadi secara sukarela.
5. The Tribe (2014)

Berasal dari Ukraina, film ini mengisahkan seorang remaja tuli yang masuk ke asrama khusus penyandang disabilitas.
Alih-alih menemukan lingkungan aman, ia justru terjebak dalam sistem hierarki kejam di antara para murid.
Perlahan, ia berhasil naik ke posisi penting, namun kekuasaan itu mengubahnya menjadi sosok berbeda.
Transformasi karakter dari polos menjadi brutal membuat penonton sulit merasakan simpati yang sama seperti di awal cerita.
6. Mustang (2015)

Film asal Turki ini menceritakan kehidupan getir lima saudara perempuan yang hidup dalam masyarakat konservatif.
Akibat sebuah skandal kecil, kakek dan nenek mereka melarang lima saudara ini untuk sekolah.
Tak cuma melarang sekolah tapi mereka malah dinikahkan secara berurutan sesuai usia masing-masing. Ketika giliran anak ketiga tiba, barulah muncul aksi perlawanan.
Mustang menyajikan potret kerasnya budaya patriarki serta praktik pernikahan anak di pedesaan Turki, yang masih menjadi persoalan serius hingga kini.
Menonton film memang sering jadi cara melepas penat setelah seharian beraktivitas.
Namun, sebelum tidur, sebaiknya pilih tontonan yang lebih ringan dan menenangkan.
Sebab, enam film di atas bukannya membuat rileks, justru bisa meninggalkan rasa sesak hingga terbawa ke dalam mimpi buruk.
Kontributor : Safitri Yulikhah