- Raphinha menuduh maskot Disneyland Paris melakukan rasisme terhadap anaknya.
- Anak Raphinha diabaikan sementara anak-anak lain mendapat sambutan hangat.
- Insiden ini viral, memicu diskusi luas tentang isu diskriminasi.
Suara.com - Pemain sayap Barcelona, Raphinha, baru-baru ini melontarkan tuduhan serius terhadap Disneyland Paris usai sang anak diduga diperlakukan secara diskriminatif oleh salah satu maskot taman hiburan tersebut.
Melalui unggahan di media sosial, Raphinha menuding staf Disneyland Paris melakukan tindakan rasisme terhadap anaknya yang masih kecil, Gael, selama kunjungan keluarga ke taman hiburan tersebut.
Dalam video yang dibagikan lewat Instagram Story-nya, terlihat beberapa anak lain mendapat pelukan dan sambutan hangat dari karakter berkostum, sementara Gael hanya berdiri di samping, tampak berusaha mencari perhatian yang sama.
Meski sempat dibawa lebih dekat oleh orang dewasa, maskot tersebut tampak berbalik dan tetap mengabaikan Gael, yang hanya ingin sekadar menyapa dan memeluk.
"Dia hanya ingin hi dan pelukan. Beruntung untukmu, dia tidak mengerti," tulis Raphinha dalam unggahannya, dikutip pada Minggu, 7 September 2025.
Dalam postingan selanjutnya, pemain asal Brasil itu menyebut langsung akun resmi Disneyland Paris dan mengungkapkan kemarahannya secara terbuka.
"@disneylandparis, karyawan Anda memalukan. Anda tidak boleh memperlakukan orang seperti itu, terutama seorang anak," tulis Raphinha.
Ia juga menegaskan bahwa tindakan tersebut sangat tidak pantas, terlebih dilakukan di tempat yang seharusnya membawa kebahagiaan bagi anak-anak.
“Kamu seharusnya membuat anak-anak bahagia, bukan mengabaikan seorang anak. Aku lebih suka mengatakan ‘abaikan’ daripada hal lain. Kamu memalukan,” tambahnya.
Baca Juga: Klasemen Liga Spanyol: Real Madrid Kokoh di Puncak, Barcelona Terdampar
Pemain berusia 28 tahun itu semakin mengecam insiden tersebut dalam unggahan berikutnya, mempertanyakan adanya pola diskriminatif yang ia saksikan secara langsung.

"Mengapa semua anak kulit putih mendapat pelukan dan bukan anak saya?" cecar Raphinha.
Ungkapan terakhirnya dalam unggahan tersebut juga terlihat sangat emosional: "Aku membencimu, Disneyland."
Tuduhan ini memicu diskusi hangat di berbagai platform media sosial dan menjadi sorotan publik internasional, terutama menyangkut isu diskriminasi rasial terhadap anak.
Meskipun pihak Disneyland Paris hingga kini belum memberikan tanggapan resmi, tekanan publik terhadap mereka semakin meningkat seiring viralnya video tersebut.
Banyak netizen mendukung Raphinha dan menilai insiden ini mencerminkan masalah yang lebih besar mengenai diskriminasi di ruang publik.
Sebagian lainnya menyerukan agar publik menunggu penjelasan resmi sebelum mengambil kesimpulan lebih jauh.
Meskipun Disneyland Paris belum memberikan klarifikasi apakah tindakan maskot tersebut disebabkan oleh kelelahan, miskomunikasi, atau hal lainnya, opini publik terlanjur menyebar dan menanggapi hal tersebut dengan sentimen negatif.
Pada saat kejadian tak mengenakan yang menimpa anaknya itu, Raphinha sedang membela timnas dalam kemenangan 3-0 atas Chile di laga kualifikasi Piala Dunia.
Ia diperkirakan akan kembali membela Brasil melawan Bolivia sebelum kembali ke Barcelona untuk melanjutkan kompetisi LaLiga.
Bukan Kejadian Pertama
Kemarahan Raphinha ini bukanlah respons yang muncul secara tiba-tiba, mengingat ia dikenal vokal terhadap isu rasisme dalam dunia sepak bola.
Pada tahun 2023, setelah diganti dalam laga melawan Real Valladolid, ia menunjukkan kaus bertuliskan: “Sementara warna kulit lebih penting daripada warna mata, akan ada perang.”
Aksi tersebut ia lakukan sebagai bentuk solidaritas terhadap Vinicius Junior, bintang Real Madrid yang kerap menjadi korban pelecehan rasial di Spanyol.
Bahkan pada musim lalu, Raphinha bersama rekan setimnya Lamine Yamal, menjadi sasaran ejekan rasial saat laga El Clasico melawan Real Madrid.
Polisi Spanyol kemudian melakukan beberapa penangkapan atas insiden tersebut, dan baik klub maupun LaLiga mengecam keras tindakan rasisme itu.
Namun, Raphinha kala itu berkata tegas bahwa “tidak ada yang pernah berubah,” dan menyerukan agar pihak-pihak berwenang mengambil tindakan nyata.
Kontributor : Rizka Utami