Pertama Kali Digelar pada 1977, Kini Jazz Goes To Campus Hadir dalam Serenading Jazz for the Youth

Selasa, 23 September 2025 | 15:15 WIB
Pertama Kali Digelar pada 1977, Kini Jazz Goes To Campus Hadir dalam Serenading Jazz for the Youth
Jazz Goes To Campus (Ist)

Suara.com - Sejak pertama kali digelar pada 1977, Jazz Goes to Campus (JGTC) telah menjadi festival jazz tertua di Indonesia, sekaligus festival jazz tertua di Asia, karena konsistensi penyelenggaraan selama 48 tahun tanpa jeda.

Tahun ini, JGTC kembali hadir dengan tema “Serenading Jazz for the Youth”, membawa semangat untuk menjaga akar jazz sekaligus memperkenalkannya secara relevan kepada generasi muda. Momentum tahun ini juga menjadi penanda penting dalam perjalanan menuju usia emas ke-50, sebuah milestone bersejarah yang tidak hanya menegaskan konsistensi JGTC selama hampir setengah abad, tetapi juga membuka babak baru dalam mewariskan semangat jazz kepada generasi berikutnya.

Jazz untuk Semua Generasi
Puncak acara JGTC Festival 2025 akan digelar pada 9 November 2025 di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, Depok, menghadirkan kolaborasi musisi lintas generasi.

Deretan nama besar seperti Raisa, Tulus, Maliq & D’Essentials, Tompi, Ardhito Pramono, Monita Tahalea, Rahmania Astrini, Barasuara, dan Reality Club siap memberi warna berbeda di panggung utama. Para legenda dan maestro jazz Indonesia seperti Candra Darusman dan Barry Likumahuwa akan tampil bersama musisi muda berbakat, seperti Adikara dan Rafi Sudirman, menegaskan semangat regenerasi yang menjadi roh Jazz Goes to Campus.

Sebagai highlight spesial, JGTC 2025 juga menghadirkan Tribute to Stevie Wonder by Barry Likumahuwa & The Rhythm Service dan Galaxy Big Band ft. Alonzo Brata yang akan membawakan Tribute to Frank Sinatra. Kolaborasi istimewa antara Candra Darusman, Monita Tahalea, Ardhito Pramono, dan Bilal Indrajaya juga akan menghadirkan Special Set Album Detik Waktu #2 Perjalanan Karya Cipta Candra Darusman sebagai sajian eksklusif tahun ini.

“Alhamdulillah, di tahun ke-48 ini JGTC masih bisa berdiri kokoh dan menghadirkan jazz berkualitas. Saya mewakili seluruh panitia berharap kelancaran JGTC Festival pada 9 November mendatang. JGTC selalu berusaha menjadi ruang berkarya, terutama bagi musisi muda yang ingin berkembang,” ujar Ravandika Radhi, Project Officer The 48th JGTC.

Gerakan Budaya dan Dampak Nyata
Bukan sekadar festival musik, JGTC berkembang sebagai cultural movement yang melibatkan generasi muda dalam menghidupkan komunitas musik diantaranya ITB Jazz, UNJazz, Komunitas Jazz dari Institut Kesenian Jakarta (IKJ), Komunitas Jazz Universitas Pelita Harapan (UPH), Margo Friday Jazz, dan masih banyak lagi. Rangkaian pre-event seperti JGTC Roadshow UI, Workshop & Community Night, Margocity Jazz Night, dan Sarinah Jazz Night membuka ruang interaksi langsung antara musisi dengan audiens muda, serta menghadirkan edukasi jazz yang lebih intim.

“Keberadaan JGTC adalah bukti nyata bahwa generasi muda mampu menghadirkan festival berskala internasional dengan tetap menjaga nilai edukasi, inklusivitas, sekaligus memberi manfaat bagi masyarakat sekitar,” kata Kiki Verico, Ph.D., Wakil Dekan FEB UI.Selain mendukung ekosistem musik, tahun ini JGTC juga memperluas kontribusi sosial melalui penyaluran dana abadi beasiswa FEB UI, membantu mahasiswa yang membutuhkan serta memperkuat komitmen sustainability dalam penyelenggaraan acara.

Sebagai bagian dari semangat regenerasi, JGTC juga menghadirkan JGTC Competition, sebuah ajang kompetisi yang ditujukan bagi musisi muda berbakat untukmenunjukkan kreativitas, improvisasi, dan kemampuan bermusik mereka.

Baca Juga: Bosan Pop Cinta-cintaan, Pongki Barata Rilis Album Rock 8090

Pemenang pada JGTC Competition tahun ini adalah Blue Matter Trio, berhasil memenangkan uang tunai senilai Rp15 juta dan akan tampil di atas panggung JGTC Festival.

Dukungan Pemerintah dan Stakeholders
“Yang saya salut dari mahasiswa penyelenggara JGTC adalah konsistensinya. Dalam festival musik, ada empat dampak utama: ekonomi, sosial, budaya, dan lingkungan. JGTC sudah menunjukkan perhitungannya ke arah sana. Inilah yang membuatnya layak jadi contoh bagi universitas lain,” kata Dr. Mohammad Amin, Direktur Industri Kreatif Musik pada Kementerian Ekonomi Kreatif / Badan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia pada Kementerian Ekonomi Kreatif / Badan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia.

Sementara itu, musisi muda Rafi Sudirman menekankan bahwa JGTC adalah ruang penting untuk berkolaborasi.

“Melalui JGTC, kami diberi kesempatan untuk tidak hanya tampil, tetapi juga bereksperimen, bertukar ide, dan memperluas relasi. Kolaborasi lintas genre adalah salah satu strategi efektif agar jazz tetap diminati generasi muda di era digital,” katanya.

Pendiri JGTC, Candra Darusman, menegaskan pentingnya keberlanjutan festival ini.

“Sejak awal berdiri, JGTC selalu dikelola oleh mahasiswa yang terus berganti tiap tahunnya. Tugas kita bersama adalah untuk memastikan warisan ini tetap hidup,” ujarnya.

×
Zoomed

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI