-
Sebanyak 763 porsi nasi kuning Program MBG di SMPN 5 Rembang ditolak karena kondisinya lembek dan mulai berlendir.
-
Pihak sekolah dan Dinas Kesehatan sepakat menarik seluruh makanan demi mencegah risiko kesehatan siswa.
-
Kasus ini memicu sorotan terhadap lemahnya pengawasan kualitas dan pelaksanaan Program MBG di daerah.
Namun di sisi lain, implementasinya tersandung oleh isu-isu krusial seperti pengawasan kualitas, kapasitas vendor penyedia, dan tantangan logistik.
Kejadian di Rembang, yang sebelumnya juga diwarnai keluhan serupa dari sekolah lain, memicu perdebatan sengit.
Publik mulai mempertanyakan efektivitas pengawasan dan standar operasional yang diterapkan.
Apakah vendor dipilih berdasarkan kualitas atau sekadar kemampuan menyediakan dalam jumlah besar? Bagaimana mekanisme kontrol kualitas dari hulu ke hilir dijalankan?
Insiden nasi kuning berlendir ini menjadi pengingat keras bahwa niat baik saja tidak cukup tanpa eksekusi yang sempurna.
Program MBG kini berada di persimpangan jalan antara menjadi solusi nutrisi bangsa atau justru menjadi proyek yang sarat masalah jika isu fundamental terkait kualitas dan pengawasan tidak segera dibenahi.