Suara.com - Sujiwo Tejo mengomentari kabar Kepala Sekolah (Kepsek) SMAN 1 Cimarga dinonaktifkan usai menampar muridnya yang merokok.
Meski dirinya perokok sejak SMP, Sujiwo Tejo tidak setuju dengan keputusan tersebut.
"Pengajar dan pendidik itu beda. Pendidikan mencakup moral, bukan sekadar transfer ilmu saja," tulis Sujiwo Tejo dalam unggahannya di Instagram pada Rabu, 15 Oktober 2025.
Sujiwo Tejo pun tidak ingin pendidik di Indonesia serba takut hingga memilih pasrah dan menjadi 'sekadar' pengajar.
Sujiwo Tejo lantas menceritakan pengalamannya saat masih sekolah, yang mana orangtuanya akan selalu mendukung guru.
"Banyak teman-temanku seangkatan yang kini sukses di birokrasi dan bisnis, masa sekolahnya kerap ditampar guru, ortu dan kiai," lanjut Sujiwo Tejo di caption.
Alasan Sujiwo Tejo maupun teman-temannya ditampar guru, orangtua, maupun kiai pun tidak jauh beda dengan murid zaman sekarang.
Mereka bolos upacara bendera, merokok, tidak pakai kaus kaki, hingga bercanda ketika salat.
Baca Juga: Komentar Hanung Bramantyo soal Kepsek Tampar Murid Bikin Anaknya Balik Bertanya
Kendati Soetedjo sang ayah adalah orang terpandang di wilayahnya, Sujiwo Tejo tidak diperlakukan istimewa.
Sikap tersebut jomplang dibandingkan kasus di SMAN 1 Cimarga, orangtua murid yang merokok justru melaporkan kepala sekolah yang menampar anaknya.
"Tidak ada ortu yang melabrak sekolah gegara anaknya dijewer lebih-lebih ditempeleng," tutur Sujiwo Tejo.
Kasus ini dikaitkan Sujiwo Tejo dengan persaingan kerja yang kini mencapai 1 banding 1 juta orang.
Persaingan kerja dewasa ini bukan hanya sesama masyarakat Indonesia, tetapi juga tenaga kerja asing.
Namun Sujiwo Tejo melihat pendidikan moral di Indonesia malah lebih lembek.