Insiden Memalukan Skena Musik Bawah Tanah di Batu: Kritik untuk Mentalitas "Baper"

Yazir F Suara.Com
Rabu, 19 November 2025 | 13:14 WIB
Insiden Memalukan Skena Musik Bawah Tanah di Batu: Kritik untuk Mentalitas "Baper"
Ilustrasi keseruan gigs musik bawah tanah [Pixabay/westphotoandvideo]
Baca 10 detik
  • Korban pengeroyokan bernama Irmanda Putra
  • Pengeroyokan terjadi akibat kesalahpahaman saat melakukan moshing
  • Usai acara, korban kembali dikeroyok, bahkan disabet senjata tajam

Suara.com - Sebuah acara musik bawah tanah di Plum Hotel Palereman, Kota Batu, Jawa Timur pada Minggu malam (16/11/2025), berubah menjadi arena kekerasan yang memilukan.

Irmanda Putra, vokalis band hardcore asal Turen, Kabupaten Malang, menjadi korban pengeroyokan brutal oleh sekitar 10-15 orang, bahkan disabet senjata tajam berupa celurit di bagian pundaknya setelah acara.

Insiden ini berawal dari keributan yang dipicu oleh kesalahpahaman saat moshing dan berlanjut menjadi tragedi yang mencoreng citra skena musik bawah tanah (underground) yang seharusnya menjunjung tinggi persaudaraan dan ekspresi kreatif.

Peristiwa tragis ini bermula saat band yang digawangi Irmanda tampil. Di tengah-tengah pertunjukan, kericuhan pecah di area penonton yang tengah melakukan moshing atau slam dancing.

Aktivitas ini, yang merupakan ciri khas konser musik hardcore dan punk, memang melibatkan saling dorong, senggol, bahkan pukul yang dilakukan secara sadar dan sukarela sebagai bentuk ekspresi dan pelepasan energi.

Namun, menurut informasi yang dihimpun, kericuhan yang berawal dari saling senggol saat moshing ini justru memicu perkelahian serius.

Irmanda, yang berada di atas panggung, tiba-tiba diserang oleh sekelompok penonton. Rekannya, One Regi Febriansyah, yang mencoba melerai, juga ikut menjadi korban pengeroyokan.

Ketegangan memuncak ketika Irmanda mencoba berdamai di luar aula, namun ia justru kembali diserang dan dibacok dengan celurit.

Korban saat ini harus menjalani perawatan intensif di rumah sakit akibat luka bacok di pundak dan kepala. Polisi telah mengamankan delapan terduga pelaku dan masih memburu pelaku utama pembacokan.

Baca Juga: 5 Sepatu Adidas Paling Wajib Buat OOTD 'Anak Skena' Juli 2025

Ironi Gigs: Dari Ekspresi Menjadi Kekerasan

Kejadian di Batu ini adalah ironi yang menyakitkan sekaligus memalukan. Gigs, khususnya di skena hardcore, seharusnya menjadi ruang aman. Ini adalah tempat di mana musisi dan penonton bisa meluapkan amarah, frustrasi, dan energi secara kolektif melalui musik dan gerakan fisik yang intens seperti moshing tanpa ada dendam pribadi.

Tragedi ini menjadi bukti nyata bahwa nilai-nilai dasar dalam skena telah terdistorsi.

Kekerasan yang terjadi, apalagi dengan melibatkan senjata tajam dan serangan kepada musisi yang sedang tampil, jauh dari semangat Do-It-Yourself (DIY) dan solidaritas yang diusung oleh subkultur ini.

Insiden ini menuntut kritik keras terhadap mentalitas beberapa individu dalam kerumunan konser hardcore, yaitu kebiasaan "baper" atau terbawa perasaan.

Memilih masuk ke area pit, sudah pasti harus siap untuk bersenggolan, terpukul ringan, atau bahkan terjatuh. Aturan tak tertulis di skena musik bawah atah, jangan dendam atau baper! Sebab hal itu justru jadi ritual bagi penikmat musik bawah tanah.

×
Zoomed

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI