- Agak Laen: Menyala Pantiku! dinilai lebih bagus dari film pertama, terbukti dengan tembus dua juta penonton dalam limar hari penayangan.
- Cerita kali ini bergenre misteri-detektif di sebuah panti jompo, dengan naskah yang lebih solid dan rapi yang menggabungkan komedi, ketegangan, dan keharuan.
- Film ini menampilkan peningkatan kualitas produksi yang signifikan, serta menampilkan dinamika unik antara kuartet Agak Laen dengan aktor-aktor senior.
Suara.com - Film Agak Laen kemungkinan bakal mengulang kesuksesan. Film keduanya, Agak Laen: Menyala Pantiku! yang bukan sekuelnya, mengantongi 2 juta penonton, hanya dalam lima hari penayangan di bioskop.
Tapi, pertanyaannya, apakah hype tersebut sebanding dengan kualitasnya?
Jawabannya, ya, bahkan lebih. Setidaknya ini menurut saya.
Bagi yang belum menonton wajar bila berpikir "Ah paling formula lawakan yang dipakai sama seperti film sebelumnya"
Kamu salah besar!
Agak Laen: Menyala Pantiku! menyuguhkan sebuah peningkatan kualitas yang signifikan, baik dari segi naskah, teknis, hingga kedalaman emosi.
Berikut adalah ulasan lengkap Jurnalis Suara.com, Tiara Rosana, mengenai film yang digadang-gadang sebagai komedi terbaik tahun ini.
Sinopsis: Detektif Gagal Masuk Panti Jompo
Berbeda dari premis horor-komedi sebelumnya, kali ini Imajinari membawa genre misteri-detektif.
Baca Juga: Agak Laen: Menyala Pantiku! Raih 2 Juta Penonton di 5 Hari Penayangan, Siap Salip Film-Film Populer
Kisahnya berpusat pada empat sekawan (Boris, Bene, Jegel, Oki) yang kini berprofesi sebagai detektif swasta.
Sayangnya, karier mereka jauh dari kata sukses. Mereka dikenal sebagai detektif gagal.
Namun, nasib mereka berubah ketika mendapatkan satu kesempatan terakhir untuk membuktikan diri.
Misinya terdengar sederhana namun rumit, yakni menyamar dan menyusup ke sebuah panti jompo misterius.
Mereka harus memburu seorang buronan kasus pembunuhan yang diyakini bersembunyi dengan menyamar sebagai lansia di sana.
Kekacauan demi kekacauan pun terjadi. Mulai dari Oki yang harus menahan emosi mempertahankan penyamarannya, hingga Jegel yang sok tahu dalam penyelidikan.
Namun, di balik tawa, panti jompo tersebut menyimpan rahasia kelam yang membahayakan nyawa mereka.
Naskah Solid dan Komedi yang Lebih Rapi
Poin paling menonjol dari film ini adalah naskahnya yang digarap dengan sangat matang oleh Muhadkly Acho, yang juga duduk di kursi sutradara.
Jika di film pertama komedi terasa sangat chaos dan bertubi-tubi, di film kedua ini komedi terasa jauh lebih rapi dan solid.
Lawakan tidak dipaksakan hadir di setiap scene. Ada momen di mana penonton dibiarkan fokus pada cerita, namun ketika punchline komedi itu muncul, ledakannya luar biasa.
Kekuatan cerita patut diacungi jempol karena ide komedinya benar-benar segar dan tidak sekadar tempelan.
Tentu saja, kemampuan melawak natural dari Boris, Jegel, Oki, dan Bene masih menjadi ujung tombak. Namun, kali ini mereka didukung oleh plot yang kuat, membuat kelucuan mereka terasa lebih berbobot.
Nuansa Detektif yang Bikin Deg-degan
Elemen misteri pembunuhan dalam film ini bukan sekadar gimik. Adegan menegangkan saat mereka menginvestigasi lorong-lorong panti jompo atau saat hampir ketahuan oleh sang target, cukup sukses membuat penonton ikut deg-degan.
Acho berhasil meramu ketegangan ala film thriller ringan tanpa menghilangkan identitas komedinya. Ini adalah penyegaran yang dibutuhkan setelah tema horor yang sudah terlalu sering dieksploitasi di pasar film Indonesia.
Editing "Mahal" dan Kualitas Produksi Kelas Atas
Satu hal yang langsung tertangkap mata adalah peningkatan kualitas visual. Harus diakui, hasil editing dan sinematografi di Agak Laen: Menyala Pantiku! terasa jauh lebih "mahal" dibandingkan film pendahulu.
Set panti jompo dibangun dengan detail yang meyakinkan, pencahayaan yang mendukung mood, hingga transisi antar adegan yang halus.
Terlihat jelas bahwa Rumah Produksi Imajinari dan produser Ernest Prakasa serta Dipa Andika tidak segan menggelontorkan biaya produksi yang lebih besar demi memanjakan mata penonton.
Keberadaan aktor-aktor kawakan sebagai jajaran pemain tambahan juga menjadi bukti bahwa film ini digarap dengan serius dan bujet yang tidak murah.
Panti Jompo: Sumber Tawa dan Air Mata
Meski berbalut misteri, hati dari film ini justru terletak saat para karakter berinteraksi di panti jompo.
Suasana hangat dan haru begitu terasa di paruh kedua film. Kehadiran aktor senior seperti Jajang C. Noer, Chew Kin Wah, dan Jarwo Kwat memberikan nyawa tersendiri.
Interaksi "anak muda" yang sok jagoan dengan para lansia yang penuh pengalaman hidup menciptakan dinamika yang unik.
Ada momen di mana kamu akan tertawa terpingkal-pingkal melihat tingkah anggota Agak Laen, namun sejurus kemudian dibuat merenung tentang kisah hidup mereka.
Porsi cerita mengharukan bermain sangat apik di sini. Komposisi antara rasa haru, gembira, komedi, ketegangan, dan kesedihan diracik dengan pas. Tidak berlebihan, tapi cukup untuk membuat mata berkaca-kaca.
Agak Laen: Menyala Pantiku! adalah paket lengkap. Film ini berhasil membuktikan bahwa film kedua tak selalu lebih buruk dari film pertama.
Dengan editing yang mewah, naskah yang cerdas, dan akting yang memukau dari lintas generasi, film ini sangat patut untuk ditonton.
Bagi kamu yang mencari hiburan akhir pekan, film ini adalah pilihan tepat untuk melepas penat sekaligus menghangatkan hati.