- Film ketiga Avatar: Fire and Ash tayang perdana 17 Desember 2025, melanjutkan kisah Sully dan mengeksplorasi wilayah vulkanik Pandora.
- Secara visual, film ini menampilkan *masterpiece* CGI dengan aksi intens, didukung oleh transformasi karakter Neytiri yang berfokus pada tema duka mendalam.
- Ancaman baru dihadirkan melalui Suku Abu (Ash People) dan pemimpinnya Varang, menawarkan dinamika antagonis yang lebih segar dibandingkan sebelumnya.
Suara.com - Penantian panjang para penggemar Na’vi akhirnya terbayar lunas. Film ketiga dari waralaba raksasa garapan James Cameron, Avatar: Fire and Ash, resmi tayang perdana di bioskop Indonesia hari ini, Rabu, 17 Desember 2025.
Hadir sebagai sekuel langsung dari The Way of Water, film ini tidak hanya menawarkan kelanjutan kisah keluarga Sully, tetapi juga memperluas semesta Pandora ke wilayah vulkanik yang belum pernah terjamah sebelumnya.
Lantas, apakah film berdurasi lebih dari tiga jam ini layak ditonton? Berikut ulasan lengkapnya.
Visual Memukau yang "Gahar"
Seperti yang diharapkan dari sang arsitek Pandora, James Cameron kembali membuktikan kelasnya sebagai raja teknologi sinema.
Secara visual dan teknis, Avatar: Fire and Ash adalah sebuah masterpiece. Efek CGI yang disajikan begitu halus, terutama dalam merepresentasikan elemen api, abu, dan bioma vulkanik tempat tinggal suku baru, "Ash People".
Pengalaman menonton dalam format 3D masih menjadi yang terbaik di industri perfilman saat ini. Skala pertempuran yang ditampilkan terasa jauh lebih besar, brutal, dan intens dibandingkan pendahulunya.
Adegan aksi yang disuguhkan sukses memacu adrenalin, membuat durasi panjang film ini berlalu tanpa terasa membosankan.
Duka Mendalam dan Transformasi Neytiri
Baca Juga: Profil Nick Reiner, Anak Sutradara Legendaris Rob Reiner yang Didakwa Bunuh Kedua Orang Tuanya

Berbeda dengan film kedua yang fokus pada adaptasi lingkungan baru, Fire and Ash berani menyelami tema duka (grief) yang gelap pasca kematian putra tertua keluarga Sully. Di sinilah karakter Neytiri, yang diperankan dengan brilian oleh Zoe Saldana, benar-benar bersinar.
Penonton diajak menyaksikan runtuhnya pertahanan seorang ibu yang kehilangan anaknya, serta kekecewaannya terhadap sang suami, Jake Sully.
Namun, dinamika ini justru membangun karakter Neytiri menjadi jauh lebih apik. Dia digambarkan bangkit dari keterpurukan, kembali menjadi sosok yang kuat, bahkan berkali-kali menjadi penyelamat bagi pasangannya di situasi genting.
Busur cerita Neytiri menjadi jangkar emosional terkuat dalam film ini.
Villain Baru yang Segar
Kehadiran Suku Abu atau Ash People membawa warna baru yang menyegarkan. Pemimpin mereka, Varang (diperankan oleh Oona Chaplin), sukses menjadi highlight.