Suara.com - Bencana alam tak hanya menyisakan masalah kehilangan materi atau menelan korban jiwa. Lebih dari itu, bencana juga membuat para korban rentan mengalami gangguan stres akut atau Post Traumatic Stress Disorder (PTSD).
DR. dr. Nurmiati Amir, SpKJ (K) selaku Ketua Majelis Pengembangan Pelayanan Keprofesian Psikiater mengatakan, jika tak ditangani dengan baik, gejala PTSD ini bisa berujung pada gangguan jiwa. Karenanya, lanjut dia, penting untuk mengenali gejala tersebut.
"Gejalanya bisa berupa menghindari segala sesuatu terkait bencana itu. Kadang juga dia masih menyesali mengapa tidak begini agar bencana tidak kejadian, jadi terus menyalahkan diri sendiri," kata Eti pada peringatan Hari Kesehatan Jiwa Sedunia di Jakarta, Senin (10/10/2016).
Gejala lainnya, biasanya korban cenderung mudah marah, waspada berlebihan dan melakukan hal-hal yang justru merusak diri sendiri. Bahkan kata Eti, pada beberapa korban, ada kecenderungan menjadi mudah latah setelah peristiwa nahas tersebut terjadi.
"Biasanya juga ada yang menjadi susah tidur karena terus waspada agar bencana tersebut tak terulang kembali," ujarnya.
Untuk mengatasi reaksi stressor akut tersebut, masyarakat dihimbau untuk membawa seseorang yang terkena bencana psikososial ke tempat yang aman, menawarkan bantuan, dan membantu menghubungkan korban dengan layanan sosial atau rumah sakit. Di Rumah Sakit Umum Pusat Nasional (RSUPN), Dr. Cipto Mangunkusumo tersedia layanan untuk membantu korban bencana psikososial.
"Berbagai pendekatan (komprehensif) tersedia di Klinik PSPT misalnya, intervensi krisis, psikoedukasi, psikoterapi dan psikofarmakologi dengan beragam profesi yang terlibat dalam pemberian pertolongan kepada korban trauma misalnya psikiater, psikolog, perawat, dan pekerja sosial/relawan," katanya menuturkan.