Idap Penyakit Autoimun, Organ Intim Wanita ini Membengkak dan Melepuh

Senin, 05 Agustus 2019 | 12:25 WIB
Idap Penyakit Autoimun, Organ Intim Wanita ini Membengkak dan Melepuh
Ilustrasi organ intim (Shutterstock)

Suara.com - Seorang wanita berusia 46 tahun, yang tidak disebutkan namanya, mengidap penyakit autoimun langka yang menyebabkan organ intimnya melepuh.

Kasus yang diterbitkan dalam BMJ Case Reports ini melaporkan, selain mengalami pembengkakan, ia juga mengalami keluarnya cairan kuning dan rasa sakit yang luar biasa ketika ia bergerak.

Setelah diperiksa oleh beberapa dokter, akhirnya ia didiagnosis dengan pemfigus vulgaris.

Melansir Health, pemfigus adalah kumpulan gangguan autoimun yang menyebabkan lepuh pada kulit dan selaput lendir (seperti mata, hidung, mulut dan setiap bagian tubuh yang mengeluarkan lendir).

Pemfigus vulgaris adalah kasus yang paling umum, memengaruhi sekitar empat dari setiap juta orang di Amerika Utara, menurut Anthony Fernandez, MD, dokter kulit di Cleveland Clinic.

Pemfigus vulgaris secara khusus menyebabkan lepuh yang biasanya dimulai dari mulut dan kemudian dapat berpindah ke kulit dan alat kelamin.

Ilustrasi miss v (Shutterstock)

Dokter mencatat bahwa pasien yang diperiksa ini memiliki lepuhan di mulut ketika tiba di ruang gawat darurat.

Lepuh yang disebabkan oleh pemfigus vulgaris terasa menyakitkan dan tidak gatal, tetapi mereka dapat membuat mengunyah dan menelan sangat sulit, menurut laporan National Organization for Rare Disorders (NORD).

Pemfigus vulgaris memengaruhi hampir secara eksklusif orang dewasa paruh baya dan lebih tua.

Baca Juga: Diet Karnivora Diklaim Bisa Obati Penyakit Autoimun, Benarkah?

Pada awalnya gangguan ini menyebabkan lepuh lunak, yang dapat muncul pada kulit yang sehat atau teriritasi, NIH menambahkan.

Lepuh tersebut diisi dengan cairan bening, dan ketika pecah, itu bisa menyakitkan dan berbahaya. Ini menyebabkan tubuh kehilangan cairan dan protein, dan berpotensi menyebabkan komplikasi akibat infeksi.

Berita baiknya adalah pasien dengan penyakit ini biasanya dapat melanjutkan kehidupan normal setelah mereka didiagnosis dan dirawat dengan benar.

“Kita dapat mengendalikan penyakit ke titik di mana pasien tidak memiliki apa pun yang terlihat pada kulit mereka dan dapat menjalani kehidupan sehari-hari mereka,” kata Dr. Fernandez.

Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI