Akibatnya, Nicole hampir tidak bisa membuka mulutnya, dan harus menjalani terapi fisik untuk rahang serta terapi wicara.
Satu tahun kemudian, pada Desember 2019, kankernya kambuh, dan semakin parah. Nicole kembali menjalani operasi dan tujuh giginya dicabut, termasuk gigi depannya.

"Saya menghabiskan satu bulan menghadiri perawatan radiasi namun saya masih mengalami rasa sakit yang hebat. Setahun kemudian, gigi saya mulai bergeser secara abnormal dan dokter mengira tulang rahang saya 'sekarat', kemungkinan efek samping dari perawatan."
Kini, kondisinya sudah mulai membaik meski rasa sakit dan trismusnya masih ada dan masih harus menggunakan obturator setiap hari.
"Saya hanya bisa membuka mulut saya selebar sembilan milimeter. Itu membuat makan dan berbicara menjadi sulit dan saya harus meregangkan rahang setiap hari."
"Saya menggunakan penekan lidah untuk membuka rahang empat atau lima kali sehari. Saya menghadiri terapi wicara dua kali seminggu dan menggunakan seluruh peralatan untuk menjaga mulut tetap bersih dan rapi."
Nicole saat ini ingin meningkatkan kesadaran orang-orang akan kanker langka tersebut, untuk membantu orang lain yang menderita kondisi serupa.
"Kami (penyintas) pantas untuk dilihat, didengar, didukung dan dicintai. Yang terpenting, kita pantas untuk dipahami. Penyakit penyakit mungkin telah mengambil sebagian mulut dan banyak potongan gigi saya, tetapi tidak menghilangkan suara saya," tandasnya.
Baca Juga: Tyson Fury Pandang Anthony Joshua Sebelah Mata, Bellew: Dia Besar Mulut