Tak Perlu Minum Obat, Makanan ini Bisa Bantu Atasi Sakit Kepala

Selasa, 13 Oktober 2020 | 18:51 WIB
Tak Perlu Minum Obat, Makanan ini Bisa Bantu Atasi Sakit Kepala
Ilustrasi orang sakit kepala (Pixabay/geralt)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Sakit kepala termasuk kondisi yang melemahkan dan bisa membuat aktivitas seseorang terganggu. Apalagi ada beberapa orang yang lebih rentan mengalami sakit kepala.

Dalam hal ini, para ahli memilih menyarankan untuk menghindari makanan kaya histamin untuk mengatasi sakit kepala.

Dalam sebuah penelitian yang diterbitkan di US National Library of Medicine National Institutes of Health, diet bebas histamin bisa mendukung pengobatan sakit kepala kronis.

"Makanan yang kaya histamin atau anggur merah bisa menyebabkan gejala seperti alergi, seperti bersin, kemerahan, kulit gatal, diare dan sesak napas," jelas studi tersebut dikutip dari Express.

Penyebab sakit kepala paling diyakini adalah degradasi histamin yang berkurang berdasarkan defisiensi diamina oksidase. Karena, diamina oksidase tidak bisa ditambahkan dan diet bebas histamin bisa mengurangi asupan histamin.

Ilustrasi sakit kepala atau pusing. (Shutterstock)
Ilustrasi sakit kepala atau pusing. (Shutterstock)

Data peneliti pun menunjukkan peran histamin dalam intoleransi makanan dan anggur. Hasilnya menunjukkan bahwa makanan kaya histamin menyebabkan memburuknya gejala pada pasien yang sakit kepala kronis.

"Hasil yang diperoleh ini mendukung hipotesis tentang defisiensi diamina oksidase pada pasien dengan intoleransi terhadap makanan atau anggur," jelas studi.

Menurut National Headache Foundation, sakit kepala histamin mengacu pada pengelompokan karakteristik atau pengelompokan serangan.

Sakit kepala histamin ini juga dikenal sebagai sakit kepala horton dan cephalalgia atau sphenopalatine neuralgia.

Baca Juga: Dikira Nyeri Biasa, Ternyata Wanita Ini Idap Kanker Kelenjar Ludah

"Periode sakit kepala bisa berlangsung beberapa minggu atau bulan. Kemudian gejalanya hilang selama berbulan-bulan atau bertahun-tahun meninggalkan sejumlah besar interval bebas rasa sakit," jelas badan kesehatan tersebut.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI