Agar Tak Termakan Hoaks, Ini Beberapa Fakta Tentang Vaksin Covid-19

Bimo Aria Fundrika Suara.Com
Jum'at, 15 Januari 2021 | 15:10 WIB
Agar Tak Termakan Hoaks, Ini Beberapa Fakta Tentang Vaksin Covid-19
Presiden Jokowi Disuntik Vaksin Covid-19. (Dok: YouTube Sekretariat Presiden)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Pemerintah Indonesia telah memulai program vaksinasi Covid-19, pada Rabu, (13/1/2021). Presiden Joko Widodo menjadi orang pertama yang mendapat vaksin tersebut.

Meski demikian, masih banyak masyarakat yang kurang mendapatkan informasi yang tepat mengenai vaksin. Hal ini membuat sebagian dari mereka menolak untuk divaksinasi.

Dalam keterangan yang diterima Suaraco, Jumat, (15/1/2021), Dokter spesialis penyakit dalam Siloam Hospitals Lippo Village Dr dr Benyamin Lukito SpPD mengatakan, vaksinasi sebetulnya adalah cara untuk mencegah suatu penyakit menyerang tubuh seseorang.

Sebab, dengan vaksinasi akan membuat tubuh menghasilkan antibodi yang berfungsi mencegah apabila ada virus yang masuk sehingga tubuh menjadi tidak sakit. Apabila vaksinasi dilaksanakan pada banyak orang, penyakit yang dimaksud tersebut diharapkan akan punah.

Petugas medis menunjukkan vaksin COVID-19 Sinovac yang akan disuntikan kepada tenaga kesehatan di Puskesmas Duren Sawit, Jakarta, (14/1/2021). [Suara.com/Angga Budhiyanto]
Petugas medis menunjukkan vaksin COVID-19 Sinovac yang akan disuntikan kepada tenaga kesehatan di Puskesmas Duren Sawit, Jakarta, (14/1/2021). [Suara.com/Angga Budhiyanto]

Hal ini seperti yang terjadi di masa lalu, banyak contoh kasus penyakit yang telah punah karena hadirnya vaksin.

“Contohnya saja, penyakit cacar, bukan cacar air. Penyakit ini sudah tidak dijumpai lagi saat ini dan hanya ada dalam textbook saja. Untuk itu, kita berharap dengan cara demikian juga bisa mengatasi masalah yang tengah dihadapi seluruh dunia, yaitu Covid-19,” ungkapnya

Dokter Benyamin mengatakan orang membuat vaksin dengan berbagai macam cara, dan terdapat teknik yang baku dan sudah lama terjadi, yaitu dengan mematikan virus tersebut.

Ketika virus itu mati, kemudian partikel-partikel dari virus tersebut, terutama adalah dari protein-protein yang hancur.

Kemudian salah satu protein S atau Spike yang gambarnya ada tonjolan ini akan dimasukkan ke dalam dan membajak sel sel tubuh dengan memanfaatkan materi di dalam sel tersebut merusak ke seluruh tubuh.

Baca Juga: Divaksin Covid-19, Sekdakot Medan: Lebih Sakit Disuntik Neurobion

Dengan cara menyuntikan protein yang sudah mati virusnya itu, tubuh akan membentuk antibodi dengan sendirinya.

“Antobodi ini yang penting akan membuat tubuh kita kebal, kekebalan ini dibutuhkan untuk mengatasi jangan sampai ada virus yang hidup dan masuk dalam tubuh jika ada virus langsung diserang oleh antibodi, sehingga tidak jadi sakit dan tetap sehat,” paparnya.

Dr Benyamin menyebutkan pada prinsipnya vaksinasi bisa diberikan pada semua orang. Hanya ada satu kontra indikasi sehingga menyebabkan tidak boleh diberikan, yaitu apabila orang tersebut alergi pada bahan pembuatan vaksin.

Namun, pada saat ini memang tidak semua orang direkomendasikan untuk mendapatkan vaksin. Bahkan, kebijakan ini di setiap negara akan sangat berbeda-beda sangat tergantung negaranya baik pendekatan dan rekomendasinya.

Hal tersebut sangat tergantung pada jenis vaksin yang tersedia, serta penilaian dari penilaian dari para ahli di bidang masing-masing, seperti ahli penyakit dalam, anak, kebidanan ahli imunologi, dan lain sebagainya. Lebih lanjut dr Benyamin menyebutkan bagi yang sudah terinfeksi Covid-19, orang tersebut tidak termasuk dalam penerima vaksin.

Ini karena jumlah vaksin yang masih belum mencukupi sehingga mereka tidak masuk dalam prioritas mendapatkan vaksin. Vaksin tersebut lebih direkomendasikan pada orang yang belum terpapar sehingga akan mempunyai kekebalan tubuh terhadapa virus tersebut.

Sedangkan bagi yang sudah pernah terinfeksi diketahui tubuhnya sudah mempunyai antibodi terhadap virus tersebut. Sedangkan soal batasan usia, ia memaparkan usia 18 tahun ke bawah dan 60 tahun keatas masih belum direkomendasikan untuk mendapatkan vaksin.

“Mengingat penelitian dari vaksin yang tersedia saat ini, masih belum ada penelitian yang melibatkan dua kelompok usia tersebut,” kata dia.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI