Beberapa spesialis sekarang percaya kelenjar ini memainkan peran penting dalam membantu menghasilkan cairan, terlepas dari squirting.
"Berbagai tingkat perkembangan anatomi dan ukuran kelenjar ini pada setiap orang mungkin menjelaskan mengapa beberapa wanita mengalami ejakulasi (squirting) secara dramatis, sedangkan yang lainnya tidak," kata pendidik seks Samantha Evans.
Cairan yang keluar selama squirting juga memiliki warna yang berbeda dengan urin.
"Umumnya cairan yang keluar cenderung bening, tidak kuning, dan tidak bau atau rasa yang sama seperti urine. Sebagai mantan perawat, saya sering bertemu dengan urine dan menurut saya itu bukan hal yang sama," sambungnya.
Secara anekdot, banyak wanita yang juga berpikir cairan squirting bukanlah urin.
"Ada saat-saat di mana saya squirting dan masih butuh buang air kecil setelahnya," kata Hazel (30).
Para ilmuwan bahkan berpendapat bahwa squirting mungkin bertujuan untuk membuat wanita buang air kecil tanpa rasa sakit setelah berhubungan seks.
Beberapa ilmuwan berhipotesis bahwa cairan ejakulasi dapat mengeluarkan bakteri berbahaya selama hubungan seksual, mencegah infeksi saluran kemih.
Baca Juga: Tanpa Obat, Ini Tips Tahan Ejakulasi Agar Tidak Cepat Keluar