Suara.com - Demam berdarah dengue (DBD) masih menjadi penyakit menular berbahaya di Indonesia. Data nasional dari bulan Januari hingga Juni 2021 menunjukkan ada lebih dari 95 ribu kasus DBD di Indonesia, dengan korban meninggal sebvanyak 661 orang.
Kenaikan kasus demam berdarah dengue ini patut menjadi perhatian serius, mengingat Indonesia juga tengah dilanda pandemi Covid-19 sejak Maret 2020, yang sudah menginfeksi lebih dari 2,2 juta orang dan menewaskan 60.000 lainnya.
Guru Besar Ilmu Kesehatan Anak dari Universitas Indonesia, Prof Sri Rezeki Hadinegoro, mengatakan bahwa meningkatnya kasus demam berdarah dengue di tengah pandemi Covid-19 berisiko membuat rumah sakit dan fasilitas kesehatan mengalami double burden alias beban ganda penyakit infeksi.
"Ini kemudian menjadi double burden, ada dua masalah infeksi yang hadir bersamaan di satu negara. Jadi semua fasilitas kesehatan mulai dari puskesmas hingga rumah sakit yang canggih ruang ICU-nya semuanya terkonsetrasi untuk Covid-19. Sampai-sampai dengue ini agak terlupakan," ujar Prof Sri dalam sesi wawancara khusus ISNTD-ADVA World Dengue Day Forum - Cross Sector Synergies, beberapa waktu lalu.
Tingginya angka pasien Covid-19 yang menjalani perawatan di rumah sakit bukan omong kosong. Data dari Satgas Covid-19 menunjukkan, bed occupancy rate alias keterisian tempat tidur di rumah sakit saat ini mencapai lebih dari 72 persen.

Terlebih, Prof Sri mengatakan dengue dan Covid-19 memiliki gejala awal yang sama, yakni demam tinggi, batuk, pilek, dan nyeri di sejumlah bagian tubuh.
Ia khawatir, dengan tingginya peningkatan kasus Covid-19 saat ini, penanganan DBD di sejumlah daerah mengalami penurunan yang bisa berakibat terhadap meningkatnya jumlah kasus dan juga korban meninggal.
Apalagi, faktor penularan dengue berbeda dengan Covid-19. Jika Covid-19 menular antara orang ke orang, dengue menular melalui perantara nyamuk Aedes Aegypti.
Dalam kasus Dengue, nyamuk menjadi perantara dan sulit dikendalikan. Apalagi dengan kondisi iklim tropis di Indonesia, membuat nyamuk senang berkembang biak.
Baca Juga: Simak! Ini 3 Bahan Alami untuk Atasi Gatal Akibat Digigit Nyamuk
"Ini yang kemudian membuat nyamuk berkembang biak. Belum perumahan dan kampung-kampung yang rapat. Nyamuk Aedes itu senang sama orang, bukan karena cantik atau cakep, tapi bau keringatnya itu yang dia suka," papar Prof Sri lagi.