Suara.com - Varian Deltacron kembali menjadi kekhawatiran seluruh publik dunia. Deltacron disebut merupakan varian hibrida dari omicron dan delta.
Temuan itu berdasarkan pengurutan genomik oleh para ahli virologi di L'Institut Pasteur di Paris.
Kemudian mereka mengirimkan laporan ke database covid internasional, GISAID, pada Selasa (8/3/2022), yang menandakan bahwa Deltracron telah dikonfirmasi secara resmi sebagai varian baru Covid-19.
Ketua Satgas Penanganan Covid-19 Ikatan Dokter Indonesia (IDI) prof. dr. Zubairi Djurban, Sp.PD., mengatakan bahwa belum banyak yang bisa dipastikan dari varian Deltacron tersebut.
"Hanya sedikit data yang dapat digunakan untuk mengukur khawatir atau tidak. Namun, sejumlah ahli mengatakan bahwa varian ini harus diawasi," kata prof Zubairi, dikutip dari cuitannya di Twitter, Senin (14/3/2022).

Ia menjelaskan, Deltacron merupakan varian Covid-19 yang terdiri dari elemen delta dan omicron. Artinya varian tersebut mengandung gen dari kedua varian itu yang membuatnya menjadi virus rekombinan.
Dari temuan awal, para peneliti baru mengifentifikasi kasus infeksi Deltacron di Amerika Serikat, Prancis, Denmark, Inggris, dan Belanda.
"Apakah Deltacron lebih menular dan mematikan? Mungkin sekali tidak berbahaya ketimbang varian omicron. Belum bisa dipastikan. Karena jumlah kasusnya masih amat sedikit," kata prof Zubairi.
Lantas, apakah varian Deltacron sudah terdeteksi di Indonesia? Juru Bicara Vaksinasi Kementerian Kesehatan Indonesia, Siti Nadia Tarmizi mengatakan bahwa Deltacron belum terdeteksi di Indonesia.
"Belum terdeteksi (di Indonesia," tulis Nadia singkat.