HIV/AIDS dapat menular karena adanya hubungan seks tanpa perlindungan atau pengaman. Selain itu, penyebaran virus ini dapat terjadi melalui transfusi darah dan jika saling berbagi jarum suntuk.
Cara penularan lainnya yakni melalui keturunan. Seorang ibu pengidap HIV/AIDS dapat menularkan virus ini kepada bayinya. Ibu juga dapat menularkan penyakit ini melalui air susu.
Selanjutnya diketahui pula bahwa HIV/AIDS tidak menular lewat kontak seperti berpelukan, berjabat tangan, udara, maupun air.
Tanda Gejala HIV/AIDS
Gejala penyakit HIV/AIDS bergantung pada fase infeksi virus tersebut. Pada fase infeksi primer, gejala yang muncul yakni demam, sakit tenggorokan, nyeri otot dan sendi, sakit kepala.
Selain itu penderita juga dapat mengalami ruam pada kulit, diare, pembengkakan kelenjar getah bening, dan lain sebagainya.
Tahap selanjutnya yakni tahap infeksi laten. Tahap infeksi ini disebut HIV kronis dan HIV inaktif atau dorman. Gejala pada tahap ini dapat berlangsung selama bertahun-tahun, terlebih jika penderita tidak mengonsumsi obat.
Terkadang penderita tidak merasakan gejala apapun pada tahap ini, sehingga disebut HIV asimtomatis.
Tahap yang ke tiga yakni Infeksi HIV bergejala. Pada tahap ini, virus terus menghancrkan sel kekebalan tubuh dan berkembang lebih kuat. Gejala pada tahap ini yakni diare, infeksi jamur pada mulut atau sariawan, demam, kelelahan, herpes, radang.
Baca Juga: Ratusan Mahasiswa Bandung Positif HIV/AIDS, Apa Saja Gejala Awal yang Wajib Diwaspadai?
Tahap ke empat adalah AIDS. HIV yang semakin parah dpat berkembang menjadi AIDS. Ketika sudah berkembang menjadi AIDS, maka virus akan menghancurkan sel imun tubuh. Akibatnya, penderita dapat mengalami infeksi secara terus menerus.