Selain itu, yang bisa memicu stunting adalah kebutuhan nutrisi anak yang tidak terpenuhi di masa tumbuh kembangnya. Risiko terjangkit stunting kian meningkat apabila anak menderita penyakit yang menghalangi penyerapan nutrisi, seperti TBC.
Kondisi ini juga dapat meningkat jika ibu hamil memiliki beberapa faktor pemicu. Mulai dari perawakan pendek, berat badan yang tidak naik selama hamil, tingkat pendidikan rendah, kemiskinan, dan tinggal di lingkungan yang sulit mengakses air bersih.
Efek Stunting
Stunting pada anak memiliki efek jangka pendek dan panjang. Pada yang berdurasi singkat, kondisi ini akan berdampak terhadap pertumbuhan fisiknya, yakni tinggi di bawah rata-rata anak seusianya.
Tak hanya itu, perkembangan otak pun akan terganggu sehingga bisa menurunkan tingkat kecerdasan anak. Sementara untuk efek stunting jangka panjang, dapat membuat anak rentan terkena beberapa penyakit.
Diantaranya, diabetes, obesitas, kanker, hingga mengalami disabilitas di usia tua. Lalu, efek jangka panjang lainnya adalah menurunkan kualitas SDM suatu negara di masa depan. Sebab, anak-anak merupakan generasi penerus bangsa.
Kembali ke pernyataan Menkes Budi Gunadi Sadikin, mencegah stunting juga tak hanya mencukupi kebutuhan nutrisi sang anak. Orang tua juga perlu rutin mengecek tinggi dan berat badan anak. Jika tidak mengalami kenaikan dalam dua bulan, segera bawa ke posyandu atau puskesmas.
"Jadi ingin saya sampaikan ke ibu-ibu, begitu timbangan anak tidak naik, segera kirim ke puskesmas. Karena kalau disitu diintervensi, 90 persen bisa sembuh. Bapak ibu jangan tunggu anaknya stunting, telat," kata Budi.
Kontributor : Xandra Junia Indriasti
Baca Juga: Sepak Terjang Budi Gunadi, Menkes yang Sebut Tak Apa Suami Bodoh Asal Anak Jangan