Lebih lanjut, ia juga memjelaskan soal angka yang mencengangkan menunjukkan bahwa sekitar 1,2 miliar USD per tahun dikeluarkan oleh masyarakat Indonesia untuk berobat ke luar negeri. Namun, bukan berarti dokter di dalam negeri tak mumpuni.
"Tantangannya lebih pada bagaimana sistem layanan kesehatan lokal bisa menghadirkan pengalaman yang komprehensif, menggabungkan keahlian dokter, dukungan teknologi, serta pelayanan yang cepat dan nyaman," pungkas dia.
Itulah yang ingin dijawab melalui kemitraan ini. Bethsaida Healthcare ingin menjadi titik simpul dari jejaring global pelayanan kesehatan, tidak hanya bagi masyarakat kota besar, tapi juga masyarakat di daerah-daerah dengan keterbatasan akses layanan medis berkualitas.
Melalui jaringan evakuasi medis, pasien dari wilayah terpencil pun dapat dibawa ke Bethsaida untuk mendapatkan layanan lanjutan, bahkan akses second opinion dari luar negeri, bila diperlukan.
Lebih dari itu, pasien tidak akan ditinggalkan setelah selesai berobat di luar negeri. Bethsaida telah menyiapkan sistem continuity of care di mana pasien akan kembali ke Bethsaida Hospital untuk menjalani perawatan lanjutan dengan standar yang setara dengan rumah sakit internasional.
Hal ini menjadi sangat penting untuk kasus-kasus seperti onkologi, di mana pasca-operasi pasien masih memerlukan terapi dan observasi jangka panjang.
Dengan layanan yang berfokus pada keselamatan, empati, dan akses terhadap pengobatan terbaik, kolaborasi ini merupakan langkah besar dalam mewujudkan sistem kesehatan yang benar-benar patient-centric dan berstandar global.
Second opinion bukan soal meragukan dokter pertama, melainkan bentuk ikhtiar untuk memastikan bahwa keputusan yang diambil benar-benar tepat.
Dan dalam situasi krusial, mendapatkan opini medis terbaik—baik melalui telekonsultasi maupun tindakan evakuasi—bisa menjadi perbedaan antara harapan dan kehilangan.
Baca Juga: 9 Sayuran yang Baik untuk Kesehatan Ginjal, Semua Mudah Ditemukan di Pasar!