34% Remaja di Indonesia Alami Gangguan Mental, Begini Skrining yang Tepat Sebelum Terlambat

Selasa, 20 Mei 2025 | 13:01 WIB
34% Remaja di Indonesia Alami Gangguan Mental, Begini Skrining yang Tepat Sebelum Terlambat
ilustrasi gangguan mental pada remaja (freepik.com/freepik)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Psikolog klinis anak, remaja, dan keluarga dari Universitas Padjadjaran ini mengatakan, apabila gangguan mental pada remaja berlangsung terus-menerus, maka diperlukan pendekatan multidisipliner, berupa psikoterapi seperti terapi kognitif perilaku (CBT). Terapi ini merupakan salah satu intervensi yang paling banyak direkomendasikan, terutama untuk kasus kecemasan dan depresi.

"Obat-obatan dapat diberikan oleh psikiater dalam kasus gangguan sedang hingga berat," tambah Andini.

Gangguan Mental Bisa Berujung Penyakit Fisik

Menurut Andini, sudah banyak dibuktikan dalam penelitian bahwa gangguan mental berkepanjangan dapat berdampak langsung terhadap kondisi fisik seseorang. Saat remaja mengalami stres kronis, tubuh mereka berada dalam keadaan “fight or flight”, yaitu respons evolusioner otak (khususnya amigdala dan sistem limbik) terhadap bahaya.

"Meskipun berguna dalam situasi darurat, respons ini akan memicu produksi hormon stres seperti kortisol dan adrenalin secara terus-menerus jika tidak diatasi. Ini disebut chronic survival mode, di mana sistem saraf simpatis selalu aktif dan tubuh tidak sempat masuk ke fase pemulihan (relaksasi). Akibatnya, tubuh mengalami kelelahan fisiologis dan mulai menunjukkan gejala fisik seperti sakit kepala, gangguan tidur, masalah pencernaan, tekanan darah tinggi, hingga risiko penyakit jantung," katanya.

Hal ini sejalan dengan temuan dari World Health Organization (WHO) dan American Psychological Association (APA), yang menyatakan bahwa stres psikologis yang berlangsung lama dapat meningkatkan risiko munculnya berbagai penyakit kronis, termasuk gangguan metabolisme dan peradangan dalam tubuh. Secara sederhana, bisa dijelaskan seperti ini.

“Saat seseorang terus-menerus merasa cemas atau tidak aman, tubuhnya akan tetap dalam kondisi siaga. Jika keadaan ini dibiarkan tanpa jeda, lama-lama tubuh akan kelelahan yang dapat memicu munculnya penyakit fisik,” demikian kutipan tersebut.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI