"Jadi bukan pertemuan politik atau punya agenda khusus. Jadi kehadiran Mas Anies dan Gus Imin untuk hormat atas undangan pernikahan putri Habib Rizieq Syihab," ujar Lukmanul.
Terlepas dari kedatangan pasangan AMIN datang ke pernikahan putri Imam Besar FPI tersebut, Analis Politik Dedi Kurnia Syah menilai sangat dimungkinkan arah dukungan HRS mengarah ke Anies-Cak Imin terbuka lebar.
Apalagi HRS menurutnya sudah mengisyaratkan kekecewaan dengan capres yang didukungnya pada tahun 2019 silam lalu.
"Jika membaca arah sokongan politik selama ini, HRS sudah isyaratkan kekecewaan dengan Prabowo, dan dimungkinkan cukup jauh dari Ganjar," kata Dedi saat dihubungi Suara.com, Kamis (28/9/2023).
Tentunya dengan majunya Anies Baswedan, kemungkinan HRS mendukung mantan Gubernur DKI Jakarta itu sangat besar. Apalagi saat Pilgub DKI, Anies mendapat sokongan penuh dari HRS.
Selain itu, pencitraan PKB yang menjadi kendaraan politik NU dinilai Dedi juga menjadi salah satu nilai lainnya. Karena selama ini HRS kerap menyatakan bersama NU.
"Di luar itu, Muhaimin juga tokoh NU dan sejauh ini HRS sering menyatakan jika mereka berdiri bersama NU, dua kemungkinan itu membuat sokongan HRS ke Anies-Muhaimin lebih mungkin dibanding kandidat lainnya," tuturnya.
Menjaga Hubungan Baik
Sementara itu, Peneliti dari Indikator Politik Indonesia Bawono Kumoro menilai kedatangan Anies-Cak Imin merupakan upaya menjaga hubungan baik, antara Anies dengan HRS, sebagai kelompok pendukung utamanya pada Pilgub 2017 silam.
Baca Juga: Puji Pengalaman Muhaimin, Anies Tegaskan Sebagai Pasangan Dwi Tunggal
"Salah satu basis kelompok pendukung utama Anies Baswedan adalah mereka. Misalnya juga dari sisi partai politik adalah PKS, yang secara ideologi tidak terlalu berjauhan dengan kelompok 212," ungkap Bawono kepada BBC Indonesia.
Kedekatan tersebut tentunya akan menguatkan persepsi dari pihak lawan yang menilai Anies tidak bisa lepas dari politik identitas.
"Jika Anies lebih diwarnai oleh kelompok-kelompok spektrum kanan, citra sebagai kandidat yang menang di Pilkada akibat isu (politik) identitas itu justru semakin sulit dihilangkan," katanya.
Tak sampai itu, ia memprediksi hal tersebut bakal menjadi pertaruhan di dalam Koalisi Perubahan. Apalagi dalam Koalisi Perubahan ada dua spektrum partai Islam yang berbeda.
"Jadi itu semacam pertaruhan. Ia ingin merangkul market baru dan ingin mengambil ceruk pemilih Islam baru yang beda spektrum, tapi risikonya kehilangan basis utama selama ini yang mendukung dia secara politik di Pilkada dan selama memimpin Jakarta," katanya.
Ia menilai posisi tersebut bisa menjadi dilema bagi Anies karena dirinya berpotensi kehilangan suara NU yang kurang sepaham dengan Rizieq Shihab.
Jika Anies memprioritaskan suara NU, tentunya bisa saja Anies kehilangan suara Islam konservatif yang mendukung HRS.