Menjelang Pilpres 2024, Kepala Negara mulai memperlihatkan kuasanya. Manuver tajam diperlihatkan keluarga Jokowi mulai dari putra bungsunya, Kaesang Pangarep.
Tidak ada angin, tak ada hujan, ia tiba-tiba didapuk menjadi Ketua Umum Partai Solidaritas Indonesia (PSI). Padahal kalau secara etika, seharusnya Kaesang bergabung ke PDIP sama halnya Gibran dan kakak iparnya, Bobby Nasution.
![Ketua Umum (Ketum) Partai Golkar Airlangga Hartarto menyerahkan surat keputusan Rapimnas kepada Gibran Rakabuming sebagai cawapres yang mendampingi Prabowo Subianto di Kantor DPP Partai Golkar Jakarta, Sabtu (21/10/2023). [Suara.com/Rakha Arlyanto]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2023/10/21/11080-gibran-menerima-keputsan-rapimnas-yang-mencalonkannya-bersama-prabowo-di-pilpres-2024.jpg)
Ugal-ugalannya Jokowi kembali diperlihatkan ketika Gibran tiba-tiba didorong menjadi cawapres di Pilpres 2024. Selaku kader PDIP, ia malah dengan santainya menyeberang ke lapak tetangga bahkan digosipkan bergabung ke Partai Golkar.
Padahal statusnya Gibran masih jelas sebagai kader banteng. Puncaknya, suami Selvi Ananda itu diumumkan menjadi cawapres mendampingi capres Prabowo Subianto.
Di samping itu, Jokowi juga kerap membawa Prabowo dalam setiap kunjungan kerjanya. Bahkan ia menyeret Prabowo blusukan ke pasar untuk menyapa masyarakat.
Padahal, Prabowo dikenal sebagai keturunan ningrat yang jauh dari kata merakyat. Sebagaimana diketahui, Prabowo merupakan putra dari ekonom termuka pada zamannya, Soemitro Djojohadikoesoemo.
Pengamat politik, Ujang Komaruddin menilai, Jokowi sudah tidak nyaman berada di kubu PDIP dan memilih kenyamanan bersama Prabowo.
"Karena bagaimana pun Jokowi di PDIP hanya anggota. Hanya kader petugas partai tidak jadi petinggi, tidak punya pengaruh besar di partai. Sehingga dalam konteks itu, pertama hubungan tidak bagus, lalu tidak ada ketidaknyamanan," kata Ujang.
Baca Juga: Gibran Jadi Cawapres Prabowo, Analis: Tidak Ada Bantahan, Jokowi dan PDIP Pecah Kongsi