Pemilih Jakarta, sambung dia, akan mengalami distressed atau tekanan psikologi elektoral karena dua teratas calon gubernur paling disukai dan paling akan dipilih, Anies (39 persen) dan Ahok (22 persen) sudah batal berlaga di Pilkada 27 November.
"Untuk itu, kemungkinan Pilkada Jakarta 2 putaran masih sangat terbuka," tuturnya.
PSG mencatat setelah pengumuman resmi RK-Sus, Pram-Rano, dan Dharma-Kun, terdapat potensi pergeseran suara pemilih Anies ke RK sebesar 47 persen, lebih sedikit dari pemilih Ahok yang bergeser ke RK yaitu sebesar 58 persen.
Sedangkan gabungan pemilih Anies dan Ahok yang belum memutuskan pilihannya sebesar 40 persen.
"Berdasarkan data tersebut, nampak jelas bahwa Pramono-Rano sama sekali tidak bisa menganggap remeh langkah-langkah strategis terkait pembangunan narasi, soliditas tim kampanye, dan keseriusan logistik kampanye yang menyentuh basis-basis suara mengambang," tambah Ahsan.
Ahsan mengingatkan berpuas dengan kampanye di media sosial sama sekali tidak akan menguntungkan Pramono-Rano, apalagi hanya mengandalkan figur imajinatif "si Doel".
Di sisi lain, pasangan RK-Suswono harus lebih rinci membaca aspirasi warga Jakarta, sebab dalam temuan survei PSG, tema hunian warga jauh dari perhatian 1.540 responden.
"Angka responden yang termasuk cukup besar. RK-Suswono harus bisa melakukan elaborasi lebih serius dalam menyikapi harapan warga pemilih, termasuk memperbaiki cara pandang dan penyikapan pendukung Persija," imbuhnya.
PSG menyimpulkan bahwa RK-Sus dan Pram-Rano memiliki beban kerja berat untuk membangun daya tarik pemilih Anies dan Ahok.
"Mungkin jika salah satunya atau bahkan Dharma Porengkun sanggup merayu Anies untuk menjadi juru kampanye utamanya, mungkin peta elektoral dapat berubah," imbuh dia.