Suara.com - Menurut penelitian terbaru, laki-laki yang terlalu sering merealisasikan tubuh pasangannya secara berlebihan dan hanya berfokus pada penampilannya cenderung merasa malu dengan bentuk badan pasangannya.
Pada gilirannya, ini berhubungan dengan peningkatan tekanan seksual dan pemaksaan. Baik secara umum, kekerasan dan manipulasi. Hal ini dijelaskan oleh para peneliti
"Pola pikir berlebihan saat melihat tubuh pasangan perempuan, berhubungan dengan insiden yang lebih tinggi dari tekanan seksual dan pemaksaan," kata pemimpin peneliti, Laura R. Ramsey dari depatemen psikologi di Bridgewater State Unibersity di Massachusetts.
Untuk memahami hal ini, Ramsey dan Tifany Hoy mensurvei 119 laki-laki dan 162 perempuan dalam suatu hubungan. Temuan ini juga mendukung gagasan bahwa perempuan menginternalisasi objektifitas pasangan mereka.
"Internalisasi ini terkait dengan perasaan malu tentang tubuh mereka, penurunan menegaskan diri mereka sendiri dan penurunan dalam mengekspresikan apa yang mereka lakukan dan tidak ingin melakukan hubungan seksual," jelasnya.
Lebih sadar mengenai pola pikir dan sudut pandang orang mengenai pasangannya sebagai objek seksual atau sebaliknya adalah penting. Ini bisa membantu untuk menghindari tekanan seksual, pemaksaan, meningkatkan komunikasi dan saling menghormati dalam hubungan.
Mengakui objektifikasi dalam hubungan dapat membantu perempuan menyadari dan menghindari tekanan seksual.
Bagaimana pun, tanggung jawab terbesar ada pada laki-laki untuk mengurangi objektifikasi dan kekerasan seksual. Penelitian ini diterbitkan dalam Psychology of Women Quarterly. (Times of India)