Ada Festival "Bantaran Sungai Kahayan" Loh Akhir Pekan Ini

Esti Utami Suara.Com
Jum'at, 29 Agustus 2014 | 20:24 WIB
Ada Festival "Bantaran Sungai Kahayan"  Loh Akhir Pekan Ini
Kehidupan di Sungai Kahayan (torabastem.com)

Suara.com - Sungai Kahayan menjadi bagian tak terpisahkan dari warga kota Palangkaraya, Kalimantan Tengah. Sungai yang meliuk-liuk membelah kota ini sudah menjadi bagian kehidupan warganya, jauh sebelum kota ini berdiri.

Kahayan, Sungai Kahayan, Kampung Kahayan dan Jembatan Kahayan memang merupakan sebuah rangkaian struktur kehidupan yang tidak dapat terlepas dari kehidupan masyarakat Palangka Raya.

Sejarah mencatat, cikal-bakal kota Palangka Raya yang sebelumnya bernama Kampung Pahandut berawal dari kehidupan di sisi Sungai Kahayan. Notulen Perjanjian Tumbang Anoi Tahun 1894 menyebutkan, di Kampung Pahandut  pada masa itu telah berdiri sebanyak delapan rumah khas tradisional Suku Dayak atau yang biasa dikenal dengan nama buah Huma Betang. Sebagian besar rumah Betang tersebut berada di pinggiran Sungai Kahayan, sekitar Jl. Kalimantan sekarang.

Dan kini, di sepanjang bantaran Sungai Kahayan, masih banyak ditemukan rumah terapung yang biasa disebut sebagai rumah Lanting. Sebagian besar warganya juga tetap hidup bersahabat dengan alam di sepanjang pesisir Sungai Kahayan. Bahkan, ancaman banjir tahunan ketika Sungai Kahayan meluap yang biasa datang 3 hingga 4 kali setahun tak terlalu mengganggu kehidupan warga di bantaran Sungai Kahayan.

Sebagian besar warga memanfaatkan aliran Sungai Kahayan dengan menjadi petani ikan keramba. Warga yang terbiasa mencari nafkah dari kemudahan alam Sungai Kahayan ini jelas akan kebingungan jika harus berpindah tempat tinggal.

Pola kehidupan yang unik dari Sungai Kahayan ini menjadi potensi tersendiri dalam pengembangan seni budaya dan kepariwisataan meski sifatnya hiburan namun sangat berpotensi menjadi sumber pendapatan asli daerah (PAD).

Untuk itu, tak berlebihan jika Wali Kota Palangka Raya, HM Riban Setia mengharapkan Festival "Bantaran Sungai Kahayan" yang diselenggarakan 29-31 Agustus ini mengangkat kekayaan budaya ini.

Riban mengatakan, kegiatan ini juga memiliki arti penting dan strategis, karena berfungsi sebagai wadah bagi pelaku seni budaya dalam menyalurkan minat, bakat dan kemampuan mereka baik di bidang seni maupun budaya.

"Keanekaragaman seni dan budaya daerah yang ada di negara kita, perlu dilestarikan. Karena melalui seni budaya kita dapat meningkatkan daya saing bangsa," kata Riban Satia usai membuka ajang Festival Bantaran Sungai Kahayan.

Festival "Bantaran Sungai Kahayan" yang sudah diselenggarakan dua kali ini, diharapkan tidak hanya menjadi ajang untuk mencari kemenangan, tetapi mampu menumbuhkan kemampuan pelaku seni budaya dari segala aspek kehidupan terutama mempersiapkan diri menjadi pelaku bangsa yang berkarakter Indonesia.

"Saya berharap ke depannya nanti, festival ini akan termuat di dalam kalender Pariwisata Indonesia, sehingga mampu menarik wisatawan domestik dan manca negara untuk berkunjung dan menyaksikan festival ini, dan membawa manfaat untuk meningkatkan kesejahteraan bagi masyarakat dan kemajuan pembangunan 'Kota Cantik' Palangka Raya," demikian Riban Satia.

Pada Festival ini antara lain digelar lomba memasak masakan tradisional, menggambar dan melukis ornamen daerah, karungut, tari tradisi garapan, lampion etnik dan fashion show. Jadi ingin mengenal sungai Kahayan, datanglah ke Palangka Raya akhir pekan ini.  (Antara/dari berbagai sumber)

Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI