Bagi Agus menjadi backpaker adalah hidupnya, napasnya setiap hari.
Kini Agus yang menetap antara Beijing dan Jakarta tengah diminta melakukan penerjemahan buku tentang Presiden Jakowi yang ditulis penulis China yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia.
"Saya diminta menerjemahkan buku untuk bisa dibaca oleh Presiden Jakowi," ujar Agus yang mengakui bayarannya cukup besar yang tentunya akan digunakan untuk melanjutkan perjalanannya.
"Hidup ini adalah sebuah perjalanan. Kita tidak tahu kapan perjalanan hidup kita akan selesai. Begitu pula saya tidak tahu kapan petualangan saya ini akan berakhir. Yang saya tahu, saya masih ingin terus melanjutkan petualangan saya. Masih ada banyak tempat yang ingin saya kunjungi," demikian Agustinus Wibowo.
Sementara itu, ketua delegasi Indonesia ke London Book Fair Dr Ing Ir Agus Maryono mengakui keikutsertaan Indonesia dalam London Book Fair merupakan bagian dari persiapan Indonesia sebagai tamu kehormatan di Frankfurt Book Fair pada Oktober 2015.
Dikatakannya, keikutsertaan Indonesia di London yang menjadi kiblat buku dunia merupakan bagian dari diplomasi intelektual di Indonesia diharapkan buah pikiran orang Indonesia dapat diakses pembaca di luar negeri khususnya di Inggris.
London Book Fair disebut sebagai 'olimpiadenya' industri buku internasional karena mampu menghadirkan 25 ribu pelaku industri dari 124 negara.
London Book Fair 2015 yang bertema 'Making World Go Further' diadakan di Olympia di kawasan Barat London selama tiga hari dari tanggal 14 hingga 16 April lalu.
Ketua Ikatan Penerbit Indonesia (IKAPI) Lucya Andam Dewi mengatakan penting Indonesia khususnya bagi penerbit berpartisipasi di Pameran Buku London yang merupakan pameran terbesar kedua di dunia.
"Kami ingin menampilkan kekayaan literatur Indonesia," ujar Pimpinan PT Bumi Aksara.
Diharapkannya, Indonesia bisa ikut dalam London Book Fair di masa datang dan lebih banyak lagi penerbit yang bisa ikut serta juga makin banyak kerjasama dan "literacy" buku Indonesia dengan penerbit asing. (Antara)