Bubur Kanji Rumbi, Tradisi Masyarakat Aceh Sambut Ramadan

Esti Utami Suara.Com
Kamis, 25 Juni 2015 | 19:17 WIB
Bubur Kanji Rumbi, Tradisi Masyarakat Aceh Sambut Ramadan
Proses pembuatan bubur kanji rumbi memakan waktu berjam-jam, Kamis (25/6/2015). (suara.com/Alfiansyah Ocxie)

Suara.com - Perpaduan rempah-rempah di dalam penganan ini begitu beragam. Maka tak heran, jika aromanya pun cukup menggoda. Begitu khas dan segar. Ini adalah bubur kanji rumbi. Penganan khas di Aceh yang selalu muncul saat Ramadan tiba.

Bagi masyarakat Aceh, memasak kanji rumbi saat puasa menjadi sebuah tradisi. Bahkan sejak masa kesultanan dulu, di masjid-masjid ataupun meunasah, kanji rumbi selalu tersedia sebagai takjil untuk berbuka.

"Kalau di perkotaan tradisi (memasak kanji rumbi) ini sudah sulit kita temui. Cuma ada di desa-desa, itu pun nggak semua juga menjaganya (tradisi kanji rumbi)," kata Agam salah seorang juru masak kanji rumbi kepada suara.com, Kamis (25/6/2015).

Di Banda Aceh, salah satu desa yang masih terus menjaga tradisi memasak kanji rumbi adalah Gampong Beurawe. Hampir saban hari selama Ramadan, di Masjid Al Furqan Beurawe, kita bisa menyaksikan proses memasak bubur tersebut.

Dikatakan Agam, memasak bubur kanji rumbi mulai dilakukan usai salat zuhur. Untuk memasak,  ia dibantu oleh beberapa orang lainnya yang bertindak sebagai juru aduk. Sebelum memulai memasak, dijelaskan Agam, ia terlebih dahulu mepersiapkan bumbu-bumbu utama pembuatan bubur.

Adapun campuran bumbu yang dimaksudnya adalah bawang putih, bawang merah, ketumbar gongseng dan masak, bunga lawang, merica, daun serai serta jintan.

"Semua bumbu-bumbu itu diolah dan dicampurkan kedalam air yang ada diwadah. Harus dimasak sampai benar-benar panas, sebelum dimasukkan bahan utamanya," ujarnya

Untuk memasak kanji rumbi, setiap masjid di Aceh menggunakan wadah berupa belanga besar atau berukuran jumbo. Memasaknya pun masih begitu tradisonal, yakni menggunakan kayu bakar. Kata Agam,itu dilakukan agar bubur kanji lebih nikmat dan dapat dinikmati semua orang di desa.

"Rempah-rempahnya pun menyatu semua kalau pakai belanga ini (belanga besar). Setelah ini, baru dimasukkan bahan utamanya, yaitu beras. Sekalian juga nanti kita masukkan kentang, dan wortel," kata dia.

Untuk menjadikan bubur kanji rumbi lebih segar, kata dia, jangan lupa mencampurkan kunyit, jahe, bawang, daun sop, santan kelapa, daun pandan, dan serai.

Setalah semua komplit, lalu bubur diaduk hingga benar-benar matang. Kata Agam, butuh waktu sekitar dua jam lebih untu memasak bubur kanji rumbi yang dapat di nikmati sekitar 400 orang lebih.

"Kita mulainya abiz zuhur, bisa siap masaknya nanti pas azan ashar. Dua Jam lebih, kita aduk secara bergantian," tutur Agam.

Usai salat ashar, kanji rumbi masih ditempatkan pada wadah semula. Pengurus masjid baru akan membagikan bubur kepada masyarakat, setelah kebutuhan buka puasa bersama di masjid mencukupi. Biasanya, dari dua belanga yang ada, satu belanga khusus untuk dibagikan kepada warga.

"Kita dahulukan dulu yang buka di masjid. Biasanya sampe 300-400 orang. Setelah itu baru bagi untuk masyarakat desa," kata  Badrun Nafis, Ketua Remaja Masjid Al Fuqan Gampong Beurawe.

Bagi warga yang menyukai penganan tersebut, tak perlu bersusah payah mendapatkannya. Cukup meninggalkan sebuah tempat di dapur masak kanji. Menjelang berbuka, tempat tersebut tinggal diambil untuk dibawa pulang. Juru masak kanji dan paniti pembagi, telah mengisi kanji ke dalam wadah yang dibawa.

"Saya biasanya gitu. Kalau untuk bawa pulang, tinggal saya antar aja tempat. nanti baru ambil lagi," kata Mada warga Beurawe.

Menikmati kanji rumbi saat berpuasa, kata dia, membuat tubuh segar dan sehat.

"Bagus sekali ini untuk obat maag. Rempah-rempah dia ini buat sehat," ujarnya.[Alfiansyah Ocxie]

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI