Kisah Para Pelestari Seni Ukir Dayak

Esti Utami Suara.Com
Senin, 06 Juni 2016 | 07:31 WIB
Kisah Para Pelestari Seni Ukir Dayak
Ilustrasi warga suku Dayak. (suara.com/Kurniawan Mas'ud)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Dunia mengakui seni ukir khas Dayak. Sayangnya seni tradisi Dayak khususnya di Kalimantan Tengah  ini terancam 'punah' karena menurunnya minat generasi muda untuk mempelajari seni ukir dengan motif khas daerahnya.

"Saya tidak henti-hentinya mengajak generasi muda untuk belajar mengukir karena seni ukir khas Dayak Kalimantan Tengah ini harus dilestarikan. Di beberapa daerah di Kalimantan ini, seni ukir Dayak justru mulai ditekuni oleh orang luar daerah seperti Bali dan Jawa," kata salah satu seniman ukir Kalimantan Tengah, Muhammad Haitami di Sampit, beberapa waktu lalu.

Haitami yang juga seorang guru, mulai menggeluti seni sejak 1974 silam, dengna mengajar melukis, musik dan menyanyi. Seni ukir khas Dayak mulai digelutinya pada 1989.

Saat itu dia berpikir memanfaatkan kayu-kayu sisa di sekitar tempat tinggalnya agar menjadi benda bernilai ekonomis. Mulailah dia membuat beberapa ukiran kayu dengan motif Dayak dan ternyata mendapat sambutan antusias.

"Saya ini hidup di tiga era kemajuan Dayak, yakni saat tradisional atau primitif, masa transisi hingga era modern saat ini. Tahapan perkembangan itu memberi saya banyak ide dalam berkarya. Saya harap generasi muda juga belajar mengukir agar salah satu kekayaan budaya kita ini tetap lestari," kata Haitami.

Hasil-hasil karya ukirannya cukup diminati masyarakat bahkan hingga dibawa ke luar negeri. Terlebih ukiran dengan motif Dayak, sangat diminati pembeli karena dinilai unik.

Hingga kini, Haitami yang sudah berusia senja, masih aktif mengerjakan pesanan berbagai jenis ukiran kayu. Kini di rumahnya di Kelurahan Mentaya Seberang, dia dibantu anak-anaknya yang ternyata mewarisi bakat seni serupa, setiap hari mengerjakan banyak pesanan ukiran.

Namun masih ada yang mengganjal dalam benak Haitami, karena makin sedikit generasi muda yang meminati seni ini. Dia berharap kemahiran mengukir bisa dimiliki banyak pemuda lain agar seni ukir Dayak tetap lestari. Haitami dan anak-anaknya selalu siap berbagi ilmu dan kemampuan membuat ukiran khas Dayak.

"Ini bisa menjadi peluang usaha dan bisa membuka lapangan pekerjaan. Terlebih di era MEA (masyarakat ekonomi ASEAN) ini, kita harus memiliki keunggulan dalam bersaing dengan pencari kerja dari luar negeri," kata Haitami.

Haitami meyakinkan generasi muda bahwa setiap orang memiliki kelebihan dan itu harus dimanfaatkan dengan baik dan benar. Pemerintah juga diharap membantu mengarahkan masyarakat untuk berkreasi dan mandiri. (Antara)

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI