Festival Barata Kaledupa Kupas Pesona Wakatobi

Madinah Suara.Com
Jum'at, 09 September 2016 | 16:02 WIB
Festival Barata Kaledupa Kupas Pesona Wakatobi
Kegiatan menyelam di perairan Wakatobi. [Shutterstock/Dan Exton]

Suara.com - Wakatobi, salah satu lokasi wisata unggulan di Sulawesi Tenggara (Sultra) akan menggelar “Festival Barata Kaledupa 2016” pada 17-24 September di Pulau Kaledupa.

”Festival ini merupakan perhelatan budaya akbar, yang akan menampilkan kesenian tradisional berupa tarian dan permainan rakyat, serta pameran kuliner maupun produk lokal tenun dan kerajinan,” ujar Asisten Deputi Pengembangan Segmen Pasar Personal Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran Pariwisata Nusantara Kementerian Pariwisata (Kemenpar), Raseno Arya, Jjakarta, beberapa waktu lalu

Festival Barata Kahedupa merupakan bagian dari rangkaian festival tahunan di Wakatobi, yang biasa dikenal dengan istilah Wakatobi Wonderful Festival and Expo (WAVE), yang diadakan setiap November di Pulau Wangiwangi.

Wakatobi sendiri terdiri dari 4 pulau besar, yakni Wangiwangi, Kaledupa, Tomia, dan yang paling jauh, Binongko.

Bupati Wakatobi, Arwahi, mengatakan, inti dari festival adalah karia. Dalam bahasa lokal, “karia” berarti "kemeriahan".

Menurut Arhawi, karia digelar sekali dalam setahun di Wakatobi. Acara ini diadakan untuk merayakan berbagai peristiwa penting dalam kehidupan, antara lain akikah untuk anak-anak, masa transisi dari remaja menjadi dewasa, hingga pernikahan.

Berbeda dengan sebelumnya, karia pada festival ini akan menampilkan seluruh prosesi adat saat masa transisi dari remaja menuju dewasa secara lengkap. Karia akan diikuti oleh anak-anak, remaja putra dan putri yang belum menikah dari seluruh penjuru Pulau Kaledupa.

Saat mendaftar, peserta akan menyerahkan hasil bumi, seperti jagung, umbi-umbian, dan kelapa, sesuai jumlah yang ditentukan oleh lembaga adat (sara) setempat. Hasil bumi tersebut akan digunakan untuk penjamuan selama acara secara bergotong royong.

”Puncak festival adalah prosesi henauka nu mo'ane, yang akan digelar pada 17 September dan henauka nu wowine pada 18 September 2016. Saat henauka nu mo'ane, penyelenggara dan peserta putra akan diarak dari masjid menuju tempat karia, sementara itu, henauka nu wowine adalah saat penyelenggara dan peserta putri ditandu dari rumah masing-masing menuju tempat karia, dengan diiringi nyanyian dan tarian,” ujarnya dalam keterangan resminya.

Pada puncak festival, imbuh Arhawi, peserta karia akan mengenakan baju tradisional yang megah, yang dilengkapi pernak-pernik indah. Rambut remaja putri dihiasi mahkota keemasan dengan hiasan bunga.

Pada momen ini, untuk pertama kalinya, para peserta putri akan menginjak tanah, setelah masasombo. Karia akan ditutup oleh hebangka-bangka, yakni pelarungan makanan tradisional (harua) di atas kapal miniatur khas Wakatobi. Prosesi ini akan berlangsung pada 23-24 September 2016

Prosesi dimulai dengan pendaftaran. Sebuah genderang, yang ditempatkan di kediaman penyelenggara akan ditabuh setiap pagi dan sore sejak masa pembukaan hingga akhir karia.

Remaja putri akan menjalani sombo selama beberapa hari, sebuah proses pingitan saat masa peralihan dari usia remaja ke dewasa. Selama sombo, mereka akan diberi berbagai petuah, mempelajari seluk beluk dunia perempuan dan mendapat perawatan kecantikan secara khusus.

Doa-doa dipanjatkan pada prosesi mandi sebelum dan sesudah sombo, agar mereka diberi kelancaran dan kebaikan di masa depan.

”Kami tunggu di Wakatobi,” ajaknya.

Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI