Perempuan yang dijuluki The Queen of Pastry ini berharap BEAU bisa menjadi salah satu bakery yang diakui dunia dan membuka franchise di luar negeri, khususnya Eropa.
"Soalnya kan sekarang yang terkenal di luar negeri itu kue red bean atau black sesame dari Jepang. Tapi rasa Indonesia pandan, asam jawa, pisang kepok, belum dieksplor. Saya pikir bisa saja dari Indonesia. Jeruk di Indonesia saja ada banyak jenis, jeruk purut, jeruk limau. Dari Jepang yang terkenal jeruk yuzu. Maka itu kita harus memperkenalkan semua itu ini ke luar negeri," papar Talita.
Agar sukses mewujudkan cita-citanya membawa bendera Indonesia ke luar, Talita pun mengakui memiliki motto yang harus dijaga oleh diri sendiri dan tim di lingkungan kerjanya, yakni "hormati tekniknya dan hormati pelanggannya."
Dia menjelaskan, hormati tekniknya adalah kita perlu mendapatkan dasar-dasar tepat sebelum sesuatu. Tidak ada gunanya melakukan semua hal mewah jika Anda tidak mengetahui bagaimana kaitannya dengan konsep inti dan gagasan di balik setiap produk.
Sedangkan, hormati bahannya berarti semua bahan harus ditangani dengan hati-hati. Sebagai koki yang baik, kita belajar bagaimana mengolah setiap bahan untuk memanfaatkan penuh rasa dan potensinya. Jadi, imbuhnya, kami ingin selalu memilih bahan terbaik dan memastikan bahwa produk yang disajikan mewakili bahan dengan cara yang berhasil dan berdampak.
"Menghormati pelanggan: Kita perlu memperlakukan pelanggan kita sebagai orang yang cerdas. Seringkali, produk sub-par dijual ke pelanggan karena produsen berpikir bahwa pelanggan tidak peduli atau tidak dapat merasakan perbedaannya. Saya juga percaya bahwa saya hanya akan menyajikan produk untuk saya kepada anak-anak saya sendiri di masa depan, produk yang sehat dan sehat. Ini berarti mereka tidak mengandung apapun yang dapat membahayakan kesehatan Anda seperti pewarna buatan, perasa, aditif dan pengawet," imbuhnya.
Berlatar belakang dunia musik, perempuan 28 tahun itupun menganggap kue ciptaannya sebagai 'alat' untuk sepenuh hati mewujudkan impiannya.
"Karena saya dilatih sebagai musisi jazz, saya menganggap kue sebagai 'alat' saya yang bisa saya ciptakan. Saya tidak dapat benar-benar menjelaskan apa yang menarik saya untuk memilih bass betot sebagai instrumen saya, namun hanya dapat mengatakan bahwa itu mewakili suara saya dan saya dapat mengekspresikan diri secara menyeluruh dengannya," jelasnya.
Bagi Talita, saat membuat kue atau pun memainkan alat musik, dibutuhkan rasa bahagia saat mengolahnya, jika ingin menghasilkan produk yang bagus. Dan, perlu dilakukan sepenuh hati.
"Keduanya membutuhkan kreativitas dan kecerdikan untuk menemukan kombinasi baru, teknik baru dan mencapai dasar baru. Bagi saya, keduanya merupakan cerminan hidup, kepribadian, selera dan budaya," tutupnya.
Baca Juga: Naila Novaranti, Sekretaris yang Jadi Pelatih Terjun Payung Dunia