Marlin dan Tumbuh adalah bagian dari 186 Guru Penggerak Daerah Terpencil (GPDT) yang akan mengabdi Kabupaten Mappi, Papua. Mereka terpilih dari 519 pendaftar dalam proses seleksi yang berlangsung pada Mei-Juni 2019 di sejumlah daerah, antara lain di Merauke, Mappi, Timika, hingga Yogyakarta, Ambon, Medan, Makassar dan Ende.

Calon GPDT menjalani beberapa tahapan seleksi, seperti seleksi berkas, tes tertulis menyusun RPP, microteaching, tes psikologi, dan wawancara. Program GPDT Kabupaten Mappi merupakan kerja sama Gugus Tugas Papua, Universitas Gadjah Mada (UGM), Pusat Pengembangan Kapasitas dan Kerja Sama (PPKK) Fisipol UGM dan Pemerintah Kabupaten Mappi.
Pekan lalu mereka tiba di Merauke, mengikuti pembekalan pra penempatan selama sepekan, sebelum kemudian berangkat ke Mappi. Mereka akan disebar di seluruh distrik, pada jenjang sekolah dasar, sekolah menengah pertama, dan sekolah menengah atas.
Rekrutmen kali ini merupakan gelombang ke-4, setelah program yang sama pada 2017 dan dua program pada 2018. Selain Mappi, Gugus Tugas Papua pernah mengirim GPDT ke Kabupaten Puncak pada 2013 dan 2015 serta Kabupaten Intan Jaya pada 2015.
Ngaliman dari Gugus Tugas Papua (GPT) UGM merinci, program pra penempatan diisi dengan pembekalan oleh psikolog, dialog dengan pejabat dinas pendidikan setempat, dan berbagi bersama peserta dalam program tahun sebelumnya.
“Dengan membaur, masyarakat Papua tahu bahwa saudara mereka dari Medan, Manado atau Makassar juga memahami mereka, sehingga mereka yakin sebagai bagian dari masyarakat Indonesia,” kata Ngaliman yang akrab disapa Iman.
Bukti Cinta Pada Papua
Menurut Iman, guru-guru itu akan disebar ke wilayah terpencil dari Kepi menggunakan perahu cepat dan ketinting. Diharapkan ada dua guru di setiap sekolah yang dituju. Agar dapat cepat beradaptasi, seluruh guru telah diberi pemahaman secara detil seluruh informasi mengenai budaya Papua.
Mengingat situasi Papua dan Papua Barat yang sedang menghangat, guru-guru juga diminta berbagi rasa nasionalisme dengan para guru dan siswa setempat. Mereka diharapkan bisa menunjukkan bahwa mereka datang dari seluruh penjuru Indonesia karena peduli dengan pendidikan di Papua.
Baca Juga: Tidur saat Guru Mengajar di Kelas, Video Siswa SMK Ini Viral
“Papua harus dilihat secara dekat, tidak bisa dari jauh. Dari dekat, Papua membutuhkan banyak hal,” ujar Iman, sambil menambahkan angkatan GPDT sebelumnya memberi dampak pada masyarakat, terutama pendidikan.
Para GPDT terpilih berasal dari berbagai program studi, seperti Prodi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD), Pendidikan IPA (Kimia, Biologi, Fisika), Pendidikan IPS (Geografi, Sejarah, Ekonomi), Matematika, Bahasa Inggris, Pendidikan Agama Katolik, dan berbagai jurusan lain.
Marlin, Tumbuh dan seluruh peserta GPDT akan bertugas selama dua tahun di Mappi. Disadari atau tidak, mereka berperan jauh lebih luas dari sektor pendidikan yang digeluti. Di tengah upaya pemerintah mengirimkan pasukan untuk meredam konflik di Papua, tangan-tangan guru ini, yang menulis di papan tulis, memeluk anak-anak Papua, dan berbagi cerita, adalah “senjata” terbaik menjaga perdamaian di Papua.