"Anak usia 4 atau 5 tahun penting untuk kita ajak membuat pilihan, kemudian mengambil keputusan, dan bertanggung jawab atau konsekwen. Kalau yang tidak terbiasa akan mengambil keputusan berdasarkan like and dislike," kata Senny saat dihubungi, Senin (20/1/2020).
Namun pengambilan keputusan oleh anak secara berkelompok membutuhkan bimbingan yang berbeda. Anak yang paling dominan, seperti Fendi, harus dibimbing untuk menjadi pemimpin yang baik, dengan menanyakan pendapat anggota-anggota kecilnya.
Bila pilihan-pilihan dilepas kepada mereka begitu saja, anak-anak besar yang akan mengambil keputusan tanpa berempati pada yang kecil. Dominasi anak-anak besar yang tidak disertai empati bisa menyebabkan mereka berlaku narsis dan yang kecil bertindak nakal.
"Kalau tidak diberi pengakuan, anak-anak akan menggunakan cara lain untuk mendapatkannya, yaitu berkelakuan nakal. Kalau didengar, mereka akan merasa diakui," kata Dosen Pendidikan Guru PAUD FKIP Unej itu.
Dijelaskannya di beberapa sekolah di luar negeri telah menerapkan latihan siswa berdiskusi untuk mengambil keputusan. Hasilnya tindakan-tindakan nakal mereka dirasakan menurun oleh sekolah.
Kampung Batara berhasil membentuk keberanian anak-anak kampungnya, bahkan tampil di Taman Ismail Marzuki (TIM) Jakarta, Agustus 2019. Mereka juga melatih anak-anak mengambil keputusan bersama, menentukan kegiatan seru apa yang akan dikerjakan minggu itu.
"Banyak keinginan yang sudah dan belum tercapai, misalnya anak-anak belajar kesenian sudah berjalan. Mereka sekarang masih SD dan SMP, saya ingin mencarikan beasiswa untuk mereka sampai lulus kuliah," kata Widie sang pendiri taman baca.
Kontributor : Ahmad Su'udi
Baca Juga: Hore! Taman Baca di Indonesia akan Dapat Rak dan 70 Ribu Buku Gratis