Banting Stir Bikin Masker, Cara Desainer Pertahankan Bisnis Saat Pandemi

Senin, 22 Juni 2020 | 19:59 WIB
Banting Stir Bikin Masker, Cara Desainer Pertahankan Bisnis Saat Pandemi
Masker Riri Rengganis. (Dok: Instagram/rengganis.id_)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Pandemi Covid-19 juga berdampak pada industri fashion dan juga para desainer

Tapi bagi sejumlah desainer, wabah virus corona justru bisa dijadikan celah untuk membuat produk fashion terbaru.

Masker kain tentu jadi salah satu produk fashion yang dipasarkan para desainer untuk sementara menggantikan penjualan baju yang sempat melorot akibat pandemi.

"Saat sarung tidak ada penjualan, kita lihat ada peluang di wabah corona ini. Karena ada imbauan memakai masker kain, saat itu awal-awal sulit sekali dapat masker kain (di Aceh)," cerita desainer sarung asal Aceh Khairul Fajri Yahya dalam webinar Indonesia Fashion Chambier (IFC), Senin (22/6/2020).

Masker Riri Rengganis. (Dok: Instagram/rengganis.id_)
Masker Riri Rengganis. (Dok: Instagram/rengganis.id_)

Dari penjualan masker kain itu, brand sarung Khairul 'Ija Kroeng' justru makin dikenal luas. Menurutnya, tren masker kain masih akan tetap bertahan lama.

Ia bahkan melihat peluang baru dalam pembuatan masker kain sebagai souvenir untuk orang yang menikah saat masa pandemi.

"Ada satu peluang lagi di era new normal, kita lihat peluang bagus. Saat ini sudah ada pernikahan diperbolehkan di masjid. Ada peluang untuk pesanan masker dengan inisial pengantin dan dijadikan souvenir dibagikan ke tamu yang hadir," katanya.

Hal serupa juga dilakukan desainer asal Bandung Riri Rengganis. Awalnya ia berpikir, kurang peka rasanya jika ia tetap memasarkan baju seperti sebelumnya di tengah kondisi pandemi.

Apalagi diakui Riri, baju buatannya tergolong mahal dengan harga termurah rata-rata Rp 1 juta.

Baca Juga: Desainer Skotlandia Ciptakan Ventilator dari Mesin Kopi

Setelah melakukan evaluasi produk, Riri dan timnya memutuskan memproduksi masker yang dinilai paling relevan dengan kondisi wabah saat ini.

Namun yang berbeda, Riri sengaja membuat masker premium dengan harga 15 kali lipat lebih mahal dari harga pasaran. Awalnya Riri hanya menawarkan masker premium itu ke konsumen tetapnya.

"Saat itu bikin masker harga 5 ribuan, belum banyak beredar masker premium. Tapi setelah itu, saya skip buat masker untuk sumbangan atau souvenir karena penjahit saya mahal. Saya bikin dulu satu masker lalu tawarkan ke mereka. Ternyata tanggapan luar biasa. Dari situ membludak pesanan," kata Riri dalam kesempatan yang sama.

Riri menjelaskan bahwa masker kainnya terbuat dari bahan katun tiga lapis dan sengaja didesain agak melengkung agar tidak terlalu membuat sesak saat bernapas. Satu masker ia bandrol dengan harga Rp 75 ribu.

Desain yang dibuat juga serupa dengan motif pakaiannya, karena awalnya masker tersebut dipasarkan untuk konsumen tetapnya yang telah memiliki koleksi bajunya.

"Masker itu awalnya hanya untuk customer lama supaya matching sama bajunya. Gak nyangka justru mendekatkan ke customer baru," katanya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI