Mengenal Seumuleung, Tradisi Idul Adha di Aceh yang Berusia Lima Abad

BBC Suara.Com
Senin, 03 Agustus 2020 | 10:52 WIB
Mengenal Seumuleung, Tradisi Idul Adha di Aceh yang Berusia Lima Abad
Seumuleung, tradisi kerajaan yang berusia enam abad digelar di Aceh di tengah pandemi. (BBC)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Tradisi menyuapi dalam menobatkan raja

Tradisi Seumuleung merupakan upacara khusus yang dulu dilakukan Sultan Inayat Syah untuk menobatkan anaknya sebagai Sultan Kerajaan Daya pada tahun 1480 M, yang jatuh pada hari Idul Adha.

Pada tahun-tahun sebelumnya tradisi dilaksanakan di sebuah gedung permanen bak istana raja masa lalu yang dicat warna putih, lengkap dengan lima kubah ukuran berbeda-beda, dengan mengundang para keturunan raja dari seluruh Aceh, juga pemerintah daerah.

GAM, Hasan Tiro dan formalisasi syariat Islam: Kaum muda Aceh menafsir sejarah Ketika umat Hindu Tamil gelar ritual agama di Banda Aceh yang menerapkan syariat Islam Menanti bioskop di Aceh: Film Cut Nyak Dien, konflik bersenjata dan Perda Syariat Islam

Seumuleung bermakna menyuapi, karena dalam puncak upacara raja baru, pewaris estafet kepemimpinan, akan disuapi nasi dan lauknya oleh tetua upacara adat.

Ini merupakan simbol dari pemberian selamat pada raja yang baru.

Masyarakat ikut memadati lokasi, tidak saja untuk menonton, tapi juga ikut memperebutkan sisa nasi suapan raja. Rangkaian adat menyuapi dan rebutan nasi suapan ini sekaligus bermakna menyatunya raja dengan rakyat.

Dipercaya pula memakan nasi suapan sisa raja akan membawa berkah.

Upacara dimulai

Baca Juga: Tradisi Lima Abad di Aceh Setiap Idul Adha: Peumenab dan Seumeuleng

Hening menyelimuti ketika Raja Saifullah, keturunan Sulthan Alaiddin Riayat Syah, sampai di tempat upacara adat, siang itu.

Puluhan hulubalang lalu berzikir dan bersalawat mengiringi langkah sang Raja memasuki balai acara.

Jumlah peserta di dalam balai acara tidak lebih dari 23 orang, itu pun sudah mencakup para undangan.

Sangat berbeda dengan gelaran tradisi Seumuleung tahun-tahun sebelumnya yang meriah dengan ratusan orang, termasuk perwakilan pejabat pemerintahan daerah dan keturunan raja kerajaan lainnya di Aceh.

Kali ini bahkan tidak satu pun di antara para hulubalang, termasuk Raja Saifullah, yang menggunakan pakaian kerajaan pendahulunya.

Raja hanya mengenakan kemeja berwarna kuning dan penutup kepala bermotif Aceh.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI