Meskipun begitu, ada sektor yang belum terjamah ketika restoran ini dimulai, yakni outlet fried chicken yang terjangkau dan bisa dinikmati berbagai kalangan, namun memiliki rasa yang lezat, konsisten, dan bersertifikasi MUI.
“Restoran fried chicken umumnya memiliki harga yang relatif tinggi. Sementara banyak brand dalam skala yang lebih kecil tidak memiliki standarisasi yang kuat sehingga membuat rasa yang berbeda-beda," ujar Wahyudi.
Lalu, dibuatkah restoran ini yang menyediakan produk fried chicken dengan rasa yang lezat, konsisten, terjangkau, dan dapat ditemukan dengan mudah,
“Intinya, produk yang kita jual pasti ada waktunya akan sama atau mirip dengan kompetitor. Namun, selalu ada jalan untuk menemukan celah yang bisa kita maksimalkan," ungkap Wahyu.
3. Inovasi dengan Memaksimalkan Sumber Daya
Pengusaha manapun pasti setuju, jika inovasi merupakan hal yang penting bagi keberlangsungan suatu bisnis. Namun, jika tidak dilakukan dengan hati-hati, fokus pada inovasi juga berpeluang membuat pengeluaran membengkak.
Untuk menyiasatinya, restoran yang punya ciri khas merah dan kuning ini memilih untuk fokus berinovasi dengan memaksimalkan bahan baku yang telah ada.
“Selain efisiensi, inovasi menggunakan bahan baku yang sudah ada juga memungkinkan kami untuk fokus pada keunggulan kami, yakni aneka produk fried chicken, burger, dan turunannya,” tutur Wahyu.
Agar konsumen tidak bosan, restoran selalu mengeluarkan menu baru setiap tiga-empat bulan sekali.
Baca Juga: 7 Makanan Terenak di Dunia Tahun 2021, Ada Rendang Kebanggaan Indonesia
Yang terbaru, mereka mengeluarkan produk Ayam CLBK (Ayam Celup Bakar), ayam crispy yang melalui dua metode memasak, yakni digoreng lalu dibakar.