Suara.com - Midodareni merupakan salah satu prosesi sakral dalam pernikahan adat Jawa, sehingga bagi beberapa orang, tradisi ini tidak mungkin untuk dilewatkan saat pernikahan.
Midodareni juga kerap disebut sebagai malam pangarip-arip atau malam terakhir di mana kedua mempelai memiliki status lajang.
Bagaimana susunan acara Midodareni dan apa maknanya bagi kelangsungan rumah tangga kedepannya? Yuk simak ulasan lengkapnya berikut!
Jika dilihat dari asal muasal katanya, Midodareni berasal dari kata widodari atau bidadari yang turun dari langit. Pelaksanaannya sendiri dilakukan setelah rangkaian acara siraman yang dimaksudkan untuk pembersihan bagi kedua mempelai sebelum acara pernikahan.
Menurut kepercayaan masyarakat Jawa, Midodareni adalah malam di mana ada bidadari yang datang untuk mempercantik calon pengantin wanita. Biasanya calon pengantin wanita juga akan mendapatkan wejangan dari leluhur atau orang yang berumur lebih tua.
1. Jonggolan
Rangkaian pertama dalam prosesi Midodareni adalah Jonggolan atau juga dikenal dengan seserahan. Jonggolan sendiri merupakan saat di mana calon pengantin pria datang ke kediaman wanita untuk menemui orang tuanya dengan tujuan untuk menunjukkan bahwa mereka dalam keadaan sehat dan siap menikahi anaknya.
Calon pengantin pria akan datang bersama keluarga besarnya dengan membawa seserahan berisi keperluan sehari-hari. Biasanya, jumlah bingkisan seserahan adalah ganjil.
BERITA TERKAIT
Pernikahan Impian Berubah Duka: Kisah Cinta di Gaza yang Berakhir Tragis
27 April 2025 | 17:59 WIB WIBREKOMENDASI
TERKINI