Suara.com - Membicarakan Jawa Tengah memang tidak akan terlepas dari kekayaan budaya yang beragam, tak kecuali soal pakaian adat Jawa Tengah yang memiliki nilai-nilai filosofis.
Salah satu bagian penting dalam pakaian adat Jawa Tengah yang paling terkenal ada batik. Namun, selain batik, masih detail penting lainnya.
Dilansir dari berbagai sumber, berikut 7 detail pakaian adat Jawa Tengah. Sudah pernah tampil dengan menganakan busana daerah ini?
![Penampilan hakim garis saat pertandingan semifinal Indonesia Open 2019 antara Mohammad Ahsan-Hendra Setiawan melawan Takuro Hoki/Yugo Kobayashi di Istora Senayan, Jakarta, Sabtu (20/7). [Suara.com/Arief Hermawan P]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2019/07/20/67592-wasit-indo-open-pakai-blangkon.jpg)
Baju Surjan
Surjan merupakan pakaian yang dikenakan oleh pria dari kerabat kerajaan di masa lalu, tepatnya bagi kalangan bangsawan saat menghadiri acara-acara resmi kerajaan.
Baju surjan memiliki motif lurik berwarna hitam dan coklat, lengkap dengan saku di bagian depan dan kerah sanghai.
Baju surjan biasa dipadukan dengan kain jarik motif batik yang dililitkan dari pinggang sampai mata kaki. Sebagai pelengkap, diselipkan pula keris di bagian belakang sebagai simbol ksatria.
Pakaian adat Jawa Tengah selanjutnya adalah Jawi Jangkep yang juga dikenakan oleh para pria. Jawi jangkep terdiri atas beskap hitam dengan motif bunga keemasan pada bagian tengah dengan kerah agak tinggi dan tanpa lipatan.
Baca Juga: 7 Fakta Unik Met Gala 2022, Tema hingga Busana Ikonik Selebriti Jadi Sorotan
Sebagai pasangannya, dominasi warna hitam dipadukan dengan kain jarik. Ada pula aksesoris tambahan yang biasa digunakan, yaitu blankon untuk menutup kepala, keris yang diselipkan di bagian belakang, dan bunga melati yang dikalungkan.
Basahan merupakan salah satu pakaian adat Jawa Tengah yang kerap digunakan saat melangsungkan pernikahan dengan adat Jawa. Salah satu yang menjadi ciri khas basahan adalah tidak mengenakan luaran dan menggunakan Paes Ageng Kanigaran.
Basahan juga dikenal dengan nama Dodot karena kedua mempelai biasanya menggunakan kemben Panjang dan lebar yang disebut dodot. Dulunya, pakaian ini hanya boleh digunakan oleh kerabat Keraton.
Pakaian adat Jawa Tengah yang cukup populer ini dulunya hanya boleh dipakai kalangan bangsawan saat menghadiri acara-acara penting. Namun saat ini, untung saja kebaya sudah boleh dikenakan oleh semua kalangan, bahkan pada acara biasa.