Menurutnya, anak-anak tahu sepenuhnya apa yang nyata, meskipun kelihatannya mereka tidak dapat membedakan itu.
Meski begitu terkadang anak-anak juga masih mencampuradukkan antara imajinasi dengan kenyataan sehingga memunculkan pengalaman seperti halusinasi.
Woolley menyarankan kepada orangtua untuk "terlibat dalam fantasi" saat anak-anak berkata melihat hantu.
"Terlibatlah dengan anak, tanyakan padanya apakah dia takut pada hantu atau apakah dia menyukainya dan apakah dia pernah melihatnya sebelumnya," saran Woolley.
Selanjutnya, orangtua bebas untuk memandu anak dalam menyikapi hantu tersebut. Apakah mematahkan apa yang dilihat anak atau memvalidasinya dengan mengarahkan lewat lelucon.
"Mungkin Anda dapat membantu anak berpura-pura mengenakan pakaian dalam yang kuno, misalnya untuk menjadi hantu yang ramah. Terserah Anda sebagai orangtua untuk memutuskan apakah ingin mendorong atau menyangkal keyakinan anak," kata Woolley.