Minuman Berkadar Gula Jadi Masalah, Australia Terus Berupaya Cari Solusi

SiswantoABC Suara.Com
Selasa, 27 September 2022 | 17:02 WIB
Minuman Berkadar Gula Jadi Masalah, Australia Terus Berupaya Cari Solusi
Ilustrasi minuman manis. [Freepik]

Suara.com - Hari Minggu kemarin (25/09), pemilik akun Twitter @Gandhoyy mengunggah permohonan maaf kepada Es Teh.

Ia melampirkan juga surat somasi dari Es Teh Indonesia yang mendesak agar segera menghapus dan mengklarifikasi unggahan sebelumnya, yang mengatakan minuman Chizu Red Velvet dari Es Teh terlalu manis dengan menganalogikan seolah-olah mengandung 3 kilogram gula.

Unggahan permohonan maaf @Gandhoyy sontak menjadi viral.  

Banyak pengguna Twitter mengecam surat somasi yang dikeluarkan Es Teh Indonesia, sementara yang lain meminta agar informasi kandungan gula dalam minuman tersedia bagi publik.

Kandungan gula dalam makanan dan minuman juga selalu menjadi pembahasan di Australia. Sejumlah upaya telah dilakukan untuk mengatur dan mengurangi konsumsi gula.

Komitmen mengurangi kadar gula

Setelah garam, lemak, giliran gula yang dianggap musuh karena konsumsi gula berlebihan dapat menyebabkan obesitas dan meningkatkan risiko tipe 2 diabetes, penyakit jantung, juga beberapa kasus kanker.

Warga Australia termasuk yang mengonsumsi terlalu banyak gula, dengan 35 persen dari total kalori harian mereka berasal dari "discretionary foods" atau makanan yang sebenarnya tidak terlalu penting bagi kesehatan, seperti biskuit, permen, atau minuman ringan.

Pada tahun 2018, lembaga Australian Beverages Council, yang membawahi industri minuman non-alkohol, mengumumkan komitmen mereka untuk mengurangi kandungan gula hingga 20 persen pada tahun 2025.

Komitmen tersebut didukung oleh pemerintah Australia yang saat itu di bawah koalisi pimpinan Scott Morrison.

Baca Juga: Pengidap Diabetes di Indonesia Mencapai 13% dari Populasi

Tapi sejumlah dokter yang tergabung dalam Australian Medical Association (AMA) tidak sepakat dengan komitmen tersebut, karena menurut mereka langkah tersebut hanyalah pengalihan dari masalah sebenarnya.

"Kita mengonsumsi terlalu banyak gula dalam minuman ringan dan kita terlalu banyak mengonsumsi minuman ringan," ujar Tony Bartone yang saat itu menjabat presiden AMA.

Apakah pajak gula jadi pilihan?

Menurut AMA, penerapan pajak gula atau 'sugar tax' akan lebih solutif dalam upaya mengurangi konsumsi gula ketimbang komitmen produsen mengurangi kandungan gula.

Pajak gula saat ini sudah diterapkan di Inggris, yang intinya memberlakukan pajak tambahan bagi produsen minuman ringan yang mengandung gula.

Minuman dengan lebih dari 8 gram gula per 100 mL akan terkena pajak senilai 24 sen poundsterling, atau hampir Rp4.000, per liter.

Sementara untuk minuman dengan kandungan gula 5-8 gram per 100 mL akan dikenai 18 sen poundsterling, atau kurang dari Rp3.000 per liter.

Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI