Dengan berbagi cerita, Ellidy berharap perempuan lain yang kehilangan pasangannya karena kecelakaan atau sakit parah masih memiliki kesempatan untuk memiliki anak mereka.
Sehingga jika terjadi sesuatu yang tidak diinginkan, mereka bisa menanyakan kemungkinan pengambilan sperma.
"Saya yakin akan apa yang sudah saya lakukan, dan saya bangga dan bahagia melakukannya," katanya.
"Hal ini telah mengubah hidup saya. Hidup kami semua. Dan [Chumpy] pastinya sangat senang."
Chumpy dan Ellidy memang sudah berencana untuk membangun rumah tangga bersama.
"Hidup kami sudah mengarah kepada pemikiran tentang punya rumah, anjing dan rencana besar lainnya," kata Ellidy.
"Kami sudah merencanakan banyak hal."
Sayangnya, Chumpy meninggal dunia di usia 32 tahun.
Ellidy tidak ingat jelas apa yang terjadi di hari kecelakaan itu terjadi, atau bahkan sampai beberapa bulan setelahnya. Ia mengaku linglung.
Baca Juga: Terungkap! Sidang Putri Candrawathi: Tak Ada Sperma di Kemaluan dan Anus Brigadir J
Kosong.
"Kadang rasa terkejut itu lebih baik dari perasaan yang muncul setelah rasa itu hilang," katanya.
Karena kegiatan paling sederhana pun tidak bisa dilakukan tanpa dihantui perasaan bersalah dan realita.
"Saya berpikir, mengapa saya ada di kafe mengobrol dengan teman? Pasangan saya baru meninggal dua minggu lalu," ujarnya.
"Saya bertanya pada diri sendiri, seharusnya saya tidak melakukan aktivitas normal, kan?"
Ellidy menunggu enam bulan sebelum mencoba teknologi IVF dengan sperma Chumpy.