Namun, jika sudah diniatkan akan berada di kampung di halaman lebih dari empat hari utuh, maka begitu sesampainya di kampung halaman, Anda tak lagi boleh shalat jamak dan qashar.
![Penumpang bersiap menanti kedatangan bus di Terminal Pondok Pinang, Jakarta Selatan, Kamis (13/4/2023). [Suara.com/Alfian Winanto]](https://media.suara.com/pictures/original/2023/04/13/54292-terminal-pondok-pinang-mudik-lebaran.jpg)
"Anda mau ke cirebon, niat, buya saya mau tinggal di cirebon 10 hari atau satu minggu, berarti lebih dari empat hari, maka mulai anda menginjakkan kaki di cirebon, Anda sudah mukim. Di saat itu Anda tidak boleh menjamak dan mengqhasar lagi. Karena anda niatnya lebih dari 4 hari," pungkasnya.
"Tapi kalau Anda, buya saya mau mampir ke Cirebon 3 hari, kemudian saya pergi Semarang 3 hari, kemudian Surabaya 3 hari, kemudian ke Jepang 3 hari, kemudian ke Sumatera 3 hari , sampai mati, jamak qasar semuanya," tekan dia.
Lanyas, bagaimana menghitung empat hari yang dimaksud? Buya Yahya mengatakan, itu merpaakan empat hari yang ututh, di mana waktu kedatangan dan waktu pulang tak dihitung.
"Empat hari tuh kayak apa sih? Empat hari utuh. Hari masuk dan keluarnya nggak dihitung. Orang muslim menghitung hari, jamnya adalah jam magrib," tutup dia.