Pasang surut dalam menyelenggarakan pagelaran musik ini kemudian memberikan dampak besar pada kelangsungan Hammersonic di beberapa tahun terakhir.
Ravel Junardy sebagai Chairman Revision Live Entertainment mengutarakan sisi bisnis dari Hammersonic mengalami penurunan dari penjualan merchandise.
Beragam cara pernah ditempuh oleh Revision Live Entertainment agar tetap bisa menyeimbangkan roda ekonomi dan kepentingan festival music Hammersonic tetap terjaga.
Hammersonic awal mulanya hanya mengkhususkan diri pada genre musik metal dari dalam dan juga luar negeri.
Namun lambat laun Hammersonic membentangkan sayapnya dengan melebarkan gente dan tak hanya mengisi dengan band-band metal agar jangkauan pasar semakin luas.
Contohnya Hammersonic 2016 yang pernah menghadirkan band posthardocore asal Inggris, Asking Alexandria.
Setelah berjalan sampai 2018 lalu, pagelaran yang selalu mendatangkan band-band besar baik itu dari Indonesia dan mancanegara tersebut masih belum juga kunjung diadakan di tahun 2019 ini.
Meskipun mampu menghadirkan rata-rata 30.000 penonton setiap tahunnya, Hammersonic juga mengalami paceklik.
Tak hanya kenrals di ekonomi, faktor masih belum lengkapnya peralatan musik nomor satu di Indonesia menjadikan promotor penyelenggara Hammersonic kerapkali kesulitan.
Baca Juga: BMTH Sempat Usul Ubah Konsep Panggung Agar Konser Hari Kedua Tak Dibatalkan
Agar bisa menyediakan alat dan juga perlengkapan musik di Hammersonic, penyelenggara harus mendatangkan dari negeri tetangga seperti Singapura atau Australia jika di Indonesia tidak ada.
Kontributor : Syifa Khoerunnisa