Fenomena Buzzer Politik di Media Sosial yang Kurang Literasi

Rabu, 03 Januari 2024 | 15:28 WIB
Fenomena Buzzer Politik di Media Sosial yang Kurang Literasi
Ilustrasi seseorang yang bekerja sebagai buzzer. (Suara.com/Iqbal Asaputro)

"Padahal debat yang sehat itu kan penting untuk demokrasi kita," ujar Gita.

Gita mengatakan, para buzzer dapat dengan mudah menggeser perdebatan ke hal-hal yang tidak substansial. Dengan demikian, perhatian publik akan teralihkan.

Mereka bisa melakukan itu dengan penyeragaman narasi, termasuk memutarbalikkan fakta.

"Kalau misalnya ada 6-7 orang agendanya persis sama, pake tagar, sama dan model pengondisian faktanya diputarbalikkan sedemikian rupa, itu kan kita bisa dibilang ada usaha teroraganisir, ada koordinasinya," katanya.

Selain kecerdasan publik yang harus ditingkatkan di era buzzer-buzzeran ini, sepertinya buzzer juga butuh literasi agar narasi yang mereka gaungkan tetap substansif alih-alih menyerang berita-berita yang tak relevan.

Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI