3. Kritik pada Jokowi

Ganjar yang mulanya dianggap jadi penerus Presiden Jokowi malah mengkritik Jokowi dan keluarga. Hal ini juga yang menurut laporan survei Denny JA menurunkan elektabilitasnya.
Kritik keras kubu Ganjar terhadap Jokowi dan keluarganya membuat posisinya makin merosot. Apalagi Ganjar sempat menyebut nilai Jokowi 'jeblok' dalam pemerintahan.
Data survei LSI Denny JA menyebut blunder itu membuat elektabilitas Ganjar-Mahfud turun dari 353% (Oktober 2023) ke 28,6% (Awal November 2023), dan turun lagi kembali menjadi 24,9% di November akhir.
4. Dianggap Arogan
Pengamat politik Citra Institute, Efriza menyebut salah satu yang membuat Ganjar Pranowo dapat suara kecil karena arogansinya.
Efriza menyebut Ganjar terlalu arogan karena menyerang capres lain, terutama Prabowo Subianto dengan begitu keras.
5. Mengakui Jadi Petugas Partai
Peneliti LSI Denny JA, Hanggoro Doso Pamungkas, dalam rilis survei bertajuk 'Melebarnya Jarak Elektabilitas Prabowo vs Ganjar' juga sempat menyebutkan bahwa labeling petugas partai membuat Ganjar ikut keok.
Ganjar mengaku bahwa sebagai kader partai memang petugas partai yang harus tegas lurus. Dalam hal ini, LSI Denny JA mencatatat 69,9 persen publik tak suka presiden disebut petugas partai.