Itang Yunasz
Itang Yunasz menghadirkan koleksi bertema “Arunika” yang diambil dari bahasa Sanskerta dengan arti “cahaya fajar” yang melambangkan awal yang baru, harapan, dan keindahan yang muncul saat matahari terbit.
Arunika dikaitkan dengan Pulau Bali yang terkenal memiliki keindahan alam, budaya, dan wastra seperti kain songket dengan keragaman motifnya. Koleksi ini mengadaptasi elemen tradisional dan sentuhan modern.
Setiap desain menggabungkan kemewahan bahan premium dengan keunikan motif songket Bali, menciptakan busana yang tak hanya menonjolkan estetika, namun juga sarat makna budaya.
Wignyo
Wignyo menghadirkan koleksi bertema “Second Life” sebagai wujud kepedulian terhadap pelestarian lingkungan. Wignyo memanfaatkan potongan kain tenun ATBM (Alat Tenun Bukan Mesin) yang sebelumnya tidak terpakai dan hanya berakhir sebagai limbah tekstil.
Melalui eksplorasi desain dengan teknik aplikasi perca, potongan-potongan kain tenun ATBM hasil pengembangan Wignyo seperti spunsilk, tenun full bintik, tenun lurik, tenun salur bintik, dan tenun benang putus, dirangkai menjadi gaya pakaian yang artistik.
Dian Pelangi

Dian Pelangi menampilkan koleksi bertema “Street Style Parisian” yang merupakan perpaduan gaya kasual modern dengan sentuhan budaya tradisional melalui penggunaan wastra tenun limar khas Palembang.
Baca Juga: Cara Modest Fashion Indonesia Kenalkan Nilai Keislaman ke Dunia
Setiap detail dalam koleksi ini dirancang dengan teknik tenun dan bordir yang unik, menghasilkan tampilan yang elegan dan memikat. Penggunaan bahan jeans memberikan nuansa kasual yang menjadi ciri khas koleksi ini.