"Semasa pandemi, saya fokus memproses beberapa sertifikasi dan ikut kejuaraan karena memang banyak aktivitas offline yang drop. Penjualan juga menurun," ujar Evi.
Pandemi Covid-19 memang memberikan pukulan telak pada sektor perekonomian, termasuk pelaku UMKM. Menyadari betapa tantangan yang dihadapi semakin kompleks, tentu saja tak ada salahnya mengubah strategi. Itulah yang mendorong Evi untuk mengakses banyak program pendampingan UMKM dari berbagai pihak, salah satunya Yayasan Dharma Bhakti Astra (YDBA).
Evi mengaku senang Batik Namburan bisa menjadi UMKM binaan Astra melalui YDBA. Selain banyak pelatihan yang bermanfaat untuk mengembangkan bisnis, Evi juga mendapatkan bantuan modal usaha berupa dana bergulir tanpa bunga.
"Kenapa saya senang mengikuti pedampingan YDBA? Karena tidak ada syarat untuk pinjam uang dengan bunga. Ada pendampingan yang lain itu, syaratnya UMKM harus pinjam uang dan ada bunganya sekian persen. Walaupun itu lebih rendah dari KUR, tapi bagi saya yang sudah mulai mengurangi pinjaman yang menggunakan bunga, walaupun sebenarnya itu hanya bagi hasil, tapi tetap beban buat saya," kata perempuan kelahiran 1974 itu.

Setelah melalui asesmen, Batik Namburan lolos menjadi UKM Mandiri pada 2022. Batik Namburan juga meraih prestasi sebagai UMKM Kuliner/Kerajinan/Pertanian dengan 5R Terbaik 3 Tahun 2022. Ada pula fasilitas berupa QRIS AstraPay, alat pembayaran digital untuk transaksi yang lebih efisien dan praktis
Dalam sebulan, Batik Namburan yang didukung sekitar 10 karyawan rata-rata memproduksi 60 lembar kain batik, sementara produksi koleksi busana ready-to-wear dilakukan tentatif. Pembelinya pun tidak hanya konsumen domestik, tetapi juga berasal dari luar negeri, termasuk Belanda, Jepang, hingga Dubai.
Selain penjualan secara daring lewat optimalisasi media sosial, Batik Namburan mendapat banyak pelanggan setia karena rajin berpartisipasi dalam berbagai pameran UMKM di berbagai daerah, seperti Solo, Bandung, Jakarta, Surabaya, hingga Batam.
"Saat pameran di Jogja pun, banyak pengunjung dari luar kota, jadi yang beli kebanyakan bukan orang Jogja," kata Evi.
Evi juga antusias memperlihatkan dua motif Batik Namburan yang sudah bersertifikat HAKI. Pertama, motif kembang ayu sebagai gambaran perempuan yang kuat dan tangguh.
Baca Juga: Bikin Mainan Edukatif Bersama Teman Difabel, ABC Woodentoys Tembus Pasar Luar Negeri
"Ibarat bunga yang elegan, cantik, tetapi kokoh karena ada batang, ranting, daun di sekelilingnya. Kekuatan tidak hanya muncul dari dirinya sendiri, tapi karena ada dukungan dari sekitarnya juga," ucap Evi menerangkan.
Ada juga motif kontemporer khas Batik Namburan dengan filosofi kebebasan berekspresi di tengah banyak perubahan yang terus terjadi dalam kehidupan.
Ke depannya, Evi berharap Batik Namburan merambah pasar internasional. "Salah satu visi Batik Namburan adalah 'Go Global 2030', bisa punya stan sampai di luar negeri," ucap sang pengusaha.
Batik Namburan juga berupaya menjadi bisnis yang berlanjutan dan lebih ramah lingkungan, terutama dengan mengurangi dampak negatif limbah batik.
"Sukses itu dimulai dari yang kecil. Jangan menyerah. Lakukan kesuksesan-kesuksesan kecil dan terus saja dilakukan tanpa menyerah," tandas Evi.
Sementara itu, YDBA merupakan salah satu pelaksana Corporate Social Responsibility (CSR) PT Astra International Tbk yang didirikan oleh founder Astra, Oom William Soeryadjaya, pada 2 Mei 1980. YDBA memberikan program pelatihan, pendampingan, fasilitasi pemasaran, dan fasilitasi pembiayaan untuk mendorong UMKM menuju kemandirian.