“Ibu tidak bekerja. Adik masih ada dua orang. Satu-satunya kuliah yang ga bayar kan jadi tentara,” ujar Agus Widjojo di buku "Letjen TNI (Purn) Agus Widjojo: Tentara Kok Mikir?".
Dengan menjadi tentara, Agus merasa masa depannya jadi lebih jelas. Tentara juga bagi Agus bagus untuk membentuk karakternya. Keinginan Agus menjadi tentara mendapat dukungan penuh dari ibu sambungnya Suparmi.
Suparmi menemui Jenderal Surono yang masih kerabat mereka. Suparmi meminta bantuan Jenderal Surono untuk memasukkan Agus ke Akademi Militer. Berkat bantuan Jenderal Surono, Agus masuk ke Akmil tahun 1966.
Menghapus Dendam Lama
Kehilangan sang ayah secara tragis adalah pengalaman pahit bagi Agus Widjojo. Secara personal, Agus ingin tahu siapa yang membunuh ayahnya dan bagaimana cara pelaku membunuhnya.
Namun ia berpikir untuk apa dan sampai kapan memendam dendam di hatinya. Agus memosisikan dirinya sebagai pribadi yang mementingkan kepentingan nasional.
Tragedi 65 ini adalah bagian dari kepentingan nasional karena yang menjadi korban adalah para jenderal TNI AD.
“Memiliki rasa dendam juga tidak akan mengembalikan ayah saya yang sudah terbunuh,” ujar Agus.
Pemikiran rasional Agus ini muncul secara bertahap setelah ia mengambil jarak dari peristiwa itu. Ia merasa harus move on. Tidak ingin terjebak pada dendam masa lalu yang berlarut-larut.
Baca Juga: Rocky Gerung Samakan Kasus Fufufafa Seperti G30S PKI: 20 Tahun Lagi Baru Terungkap
Agus juga memilih tidak menceritakan peristiwa kelam itu ke dua anaknya. Bagi Agus, cukup anak-anaknya tahu mengenai peristiwa 65 dari sekolahnya saja.
Agus tak ingin menceritakan detil peristiwa itu karena tak mau dianggap sebagai bentuk glorifikasi. Agus Widjojo memilh berdamai dengan masa lalu yang pahit.
Tidak hanya ingin sendiri, Agus ingin di tingkat negara juga harus berdamai. Baginya sebuah negara bisa maju jika mampu berdamai dengan masa lalunya.
Sebagai bentuk realisasinya, Agus menyatakan perlu adanya rekonsiliasi. Salah satu syarat rekonsiliasi suatu negara adalah memaafkan dengan ikhlas tetapi tanpa melupakan.
Menurutnya bangsa ini harus belajar dari masa lalu agar tidak terulang kembali. Agus terus mengampanyekan rekonsiliasi ini di berbagai forum dalam dan luar negeri.