Setelah menyelesaikan studi S3 dalam bidang bioteknologi industri di University of Boras, Swedia, Rachma bergabung sebagai dosen di Departemen Teknologi Pangan dan Hasil Pertanian UGM pada tahun 2016. Sejak itu, ia telah menghasilkan 47 publikasi ilmiah di jurnal internasional dan 3 paten, dengan fokus pada penelitian jamur pangan.
Minatnya dalam penelitian dimulai sejak ia mendapat kesempatan riset skripsi di Chalmers University of Technology, Swedia, pada jenjang S1. Melalui penelitian, ia berharap perguruan tinggi dapat berkontribusi nyata pada masyarakat, tidak hanya sebagai menara ilmu yang tinggi tetapi menjadi sumber manfaat yang terus mengalir bagi sekitarnya.
Rachma menyadari bahwa kebutuhan akan makanan sehat yang juga mendukung proses diet merupakan bagian dari gaya hidup berkelanjutan yang digemari saat ini. Melihat kebutuhan tersebut, pada FWIS 2024, Rachma akan melakukan penelitian yang berfokus pada bioteknologi jamur pangan untuk menghadirkan variasi makanan diet vegan dengan mineral esensial. Penelitian ini dilakukan dengan mengembangkan mikoprotein dari miselia jamur tempe sebagai alternatif protein yang berkelanjutan.
Melalui teknologi sederhana, ia memanfaatkan limbah kedelai untuk menghasilkan mikroprotein tinggi gizi yang dapat mendukung ketahanan pangan dan juga ekonomi sirkular. Harapannya penelitiannya dapat memperkaya mikoprotein dengan mineral esensial, seperti zat besi.
Selain itu, pemilihan jamur tempe sebagai fokus penelitian didukung oleh bagaimana jamur tempe dapat tumbuh dengan cepat, dapat dibudidayakan pada lahan sempit, dan mudah dikembangkan dalam berbagai jenis media, sehingga jamur tempe berpotensi menjadi superfood bagi Indonesia yang tidak hanya mendukung ketahanan pangan dan, tetapi juga ekonomi sirkular.
Prasanti Widyasih Sarli, PhD.
Dosen dari Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan - Institut Teknologi Bandung
Peraih gelar PhD di bidang Teknik Sipil dari University of Tokyo, Jepang ini memiliki motivasi kuat untuk menunjukkan manfaat nyata dari sains dan teknologi bagi kehidupan masyarakat. Di tengah keraguan sebagian orang akan dampak sains, ia bercita-cita membuktikan bahwa hasil penelitian dan teknologi tidak hanya untuk pengetahuan akademis, tetapi bisa berperan dalam memecahkan masalah nyata di masyarakat.
Melalui penelitiannya, Asih menemukan bahwa salah satu faktor utama banyaknya korban jiwa akibat bencana seperti gempa bumi di negara berkembang dipengaruhi oleh ketidaksiapan bangunan yang dihuni sehingga rentan roboh ataupun hancur. Hal ini membuat Asih
mengembangkan aplikasi berbasis kecerdasan buatan (AI) guna meningkatkan ketahanan bangunan hunian di kota-kota Indonesia terhadap bencana, terutama gempa bumi.
Penelitian Asih ini bertujuan menurunkan biaya survei, menghitung kerentanan populasi, dan memetakan kerusakan bangunan, sehingga dapat menyediakan data akurat yang mendukung perencanaan dan desain bangunan yang lebih aman, serta mengurangi risiko kematian di daerah berpenghasilan rendah.
Baca Juga: Sains untuk Hidup Lebih Sejuk, Solusi Cerdas untuk Infrastruktur Mendatang
Deliana Dahnum, Ph.D.
Peneliti Ahli Madya dari Pusat Riset Kimia, Badan Riset dan Inovasi Nasional